Brilio.net - Kehilangan orang yang kita cintai memang menyedihkan. Bahkan tidak jarang ada perubahan sikap yang terjadi. Ini yang dialami Martha, perempuan asal Tanjungpinang Kepulauan Riau. Kepergian sang ayah lima tahun silam membuat hidup Martha berubah.

Ketika itu Martha masih duduk di bangku SMA. Rasa kehilangan yang begitu besar mengubahnya jadi pemarah dan gemar hura-hura. Sepulang sekolah, dia lebih memilih main bersama kawan-kawannya ketimbang pulang atau membantu ibunya berjualan.

Kepergian sang ayah bisa dibilang mendadak. Martha masih ingat benar, ketika itu dia akan membawa ayahnya berobat.  Sayangnya, Matius,  malah terjatuh dan terbentur dinding kamar mandi. Matius segera di bawa ke rumah sakit dengan bantuan para tetangga.

Martha lahir di keluarga sederhana. Kedua orangtuanya harus rela banting tulang dan kerja keras untuk menghidupi keluarga. Martha terlahir sebagai anak bungsu, itulah yang membuat dia lebih manja kepada ayahnya.

Sikap pemarah dan mementingkan diri sendiri itu berubah. Suatu hari Martha sedang berada di luar rumah, ia melihat seorang pemulung bersama anaknya sedang memunguti kaleng bekas. Di situlah Martha kembali teringat kenangan indah saat bersama dengan Ayahnya. Tak hanya kenangan yang merasuk dalam pikiran dan hati Martha, tapi hal ini juga membuatnya tersadar untuk  mulai membantu Ibunya.

Perlahan tapi pasti, Martha mulai mendekatkan diri dengan Ibunya dan membantu ibunya berjualan. Kini, Martha pun lebih memilih untuk selalu dekat dengan Ibunya dan tinggal bersama. Meski pada awalnya ia sempat kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Medan, ia selalu merasa tidak tenang jika berjauhan dengan Sang Ibu. Memilih cuti dan akhirnya berhenti kuliah ia jalani demi bisa selalu dekat dengan Ibunya.

Martha adalah bungsu dari empat bersaudara dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal di perkebunan pinggir rawa. Menjadi anak terakhir dari pasangan Ana (53)dan Matius (60) membuatnya tumbuh menjadi seorang anak yang manja terutama dengan Ayahnya. Setiap hari, ketika Ibunya pergi ke pasar untuk berjualan, Martha diasuh oleh Ayahnya. Hal inilah yang membuatnya lebih dekat dengan sosok Ayah dibandingkan dengan Ibu.

Berasal dari keluarga kurang mampu membuat kedua orangtua Martha harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keempat anaknya, Nora (29), Toni (27), Tino (25)dan Martha (20). Ayah Martha  bekerja sebagai pekerja bangunan, sedangkan Ibu Martha tak cukup hanya berjualan di pasar saja. Ia harus rela berangkat dari pukul 04.00 dan masih berjalan 5 KM menuju jalan raya untuk naik angkot ke pasar.

"Saya  nggak mau merasa kehilangan untuk kedua kalinya, ucap Martha dengan suara gemetar ketika bicara kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 0800-1-555-999, Selasa(6/10). "

Bagi dia menghormati orangtua sudah seharusnya dilakukan, apapun pekerjaan orangtua kita. Tidak usah merasa malu untuk membantu orangtua atau lebih mementingkan pacar daripada orangtua. Jangan sampai menyesal ketika mereka sudah tidak ada dalam hari-hari kita.

Cerita ini disampaikan oleh Martha melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.