Brilio.net - Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang sering disingkat AIDS menjadi salah satu penyakit yang membahayakan di dunia. Bagaimana tidak, penyakit yang menyerang kekebalan tubuh ini belum ditemukan obat untuk membunuh virusnya. Apalagi penyakit ini tergolong penyakit menular.

Tidak sedikit mereka yang terjangkit HIV mendapat perlakuan diskriminatif, seperti dikucilkan. Inilah yang dirasakan Nurul, perempuan berusia 25 tahun ini. Di usia yang sangat muda membuat Nurul harus menanggung pedihnya penderitaan sebagai penderita AIDS.

"Sangat menyakitkan saat melihat orang lain merasa jijik di dekat saya hanya karena saya menderita penyakit ini, banyak tuduhan negatif yang harus saya hadapi setiap harinya," cerita Nurul kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa 0-800-1-555-999, Kamis (26/11).

Ya, selain sebagai penyakit yang mematikan, para penderita AIDS juga sering mendapatkan tuduhan sebagai pelaku seks bebas. Wajar saja, karena salah satu penularan AIDS yang paling tinggi adalah melalui seks bebas. Namun tidak semua kasus penderita AIDS berasal dari seks bebas, Nurul adalah salah satu penderita AIDS karena keturunan dari orang tuanya yang menderita AIDS.

Nurul memang berasal dari latar belakang keluarga yang rentan tertular AIDS. Ibunya sempat bekerja sebagai pekerja seks dan kemudian menikah dengan ayahnya yang juga memiliki penyakit tersebut. Jadilah di tubuh Nurul virus itu tumbuh dan tidak dapat dihindarinya.

Diakui Nurul, kadang dirinya merasa depresi menghadapi penyakit tersebut. Dia merasa marah terhadap orangtuanya, yang membawa virus tersebut pada dirinya. "Apa salah saya, tapi saya tidak bisa memarahi mereka, bagaimanapun juga mereka tetap orangtua saya," ujar wanita kelahiran Medan ini.

Nurul mencoba menjalani hidupnya senormal mungkin seperti wanita lainnya. Dia menyelesaikan pendidikannya dengan baik hingga bisa bekerja di salah satu perusahaan swasta di Medan. Namun pekerjaan itu tidak bertahan lama, kejadian pahit dialami saat dia harus dipecat karena alasan penyakitnya tersebut.

Nurul juga bingung, awalnya dia ingin membuka usaha namun tidak laku dan alasannya sekali lagi karena penyakit AIDS yang ada ditubuhnya, sampai akhirnya Nurul memutuskan untuk menjadi penulis lepas.

"Saya tidak paham dengan masyarakat yang mengucilkan saya, di mata mereka saya dipandang seperti sampah, tapi saya tidak boleh menyerah, saya harus bertahan dan buktikan ke mereka bahwa penderita AIDS juga mampu berkarya," tandasnya.

Dengan segala cobaan yang dihadapinya, untungnya sarjana ekonomi ini tidak pernah menyerah sedikit pun. Dia tetap mencoba berbagai cara untuk bisa berkarya dan bertahan hidup meskipun jarang lingkungan yang ingin menerima.

Nurul yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya dan dia percaya bahwa penyakit yang ada di tubuhnya itu merupakan cobaan untuk menguji iman dan kesabarannya.

Cerita ini disampaikan oleh Nurul melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.