Brilio.net - Siapa yang tak kenal Pulau Rote? Pulau yang dikenal paling selatan Indonesia, meskipun sebenarnya pulau paling selatan adalah Pulau Ndana yang terletak di selatan Pulau Rote. Musik Sasando dikenal sebagai alat musik khas dari pulau ini.

Pulau Rote masuk ke wilayah Kabupaten Rote Ndao berdasar Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002. Sebelumnya, Rote masuk dalam wilayah Kupang, Nusa Tengara Timur. Dinamakan Rote Ndao karena di kabupaten tersebut terdapat dua pulau besar yang berpenduduk, yakni Pulau Rote dan Pulau Ndao.

Muhammad Wildan Albi, dokter muda dari Yogyakarta yang sedang bertugas di Rote Ndao bercerita jika untuk akses dari Kupang ke Pulau Rote dan sebaliknya hanya bisa dilakukan dengan kapal dan pesawat. Saat alam kurang bersahabat, tentu berbagai aktivitas yang membutuhkan akses untuk ke Kupang akan terkendala.

"Kalau ada pasien yang harus dirujuk ke Kupang tapi alam nggak bersahabat ya nggak bisa, karena kapal nggak jalan, pesawat juga nggak jalan," terang Wildan kepada brilio.net, Sabtu (3/10).

Dijelaskannya, pesawat di Rote beroperasi tiga kali dalam sepekan. Sedangkan kapal hampir setiap hari beroperasi. Kapasitas pesawat juga terbatas hanya menampung 60 orang sekali terbang. Untuk menumpang harus memesan tiket jauh-jauh hari sebelumnya. Hal itu tentu berbeda dengan kapal yang bisa berkapasitas hingga 600 orang.

Untuk menaiki pesawat, biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 260 ribu. Tapi jika gelombang pasang dan kapal-kapal tak bisa berlayar, maka harga tiket pesawat akan naik hingga Rp 300 ribu.

Pengguna pesawat di Rote pun berasal dari berbagai kalangan, mulai dari orang-orang yang mempunyai urusan dinas hingga para pedagang, karena memang hampir semua barang di Rote diambil dari Kupang. "Orang kaya ataupun miskin di sini sudah biasa naik pesawat, karena moda transportasi utamanya untuk ke Kupang ya cuma kapal sama pesawat. Orang pakai sandal jepit itu ya biasa naik pesawat," kata dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Warga Rote kebanyakan beragama Protestan, sedangkan Katolik dan Islam hanya sebagian kecil saja. Meski begitu, toleransi yang terjalin di Rote sangat tinggi. salah satu bentuk toleransi yang terjadi adalah saat ada pesta.

Wildan berkisah jika saat ada pesta, maka di tempat itu pasti ada dua meja makan, yakni meja makan nasional dan meja makan khusus. "Kalau meja makan nasional isinya ya daging sapi, ayam, dan ikan. Sedangkan meja khusus isinya babi. untuk meja makan nasional, yang menyembelih dan memasak juga orang Islam," lanjut Wildan.

Meskipun Rote merupakan salah satu pulau terluar, lanjut Wildan, tapi akses internet dan telepon sudah bagus di hampir semua tempat. Hanya beberapa desa maupun kecamatan yang masih belum ada sinyal.

Meski berada di paling selatan, harga barang kebutuhan pokok masih bisa dijangkau. Proses distribusi tidak menjadi kendala di Pulau Rote.