Brilio.net - Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sejak lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tenun di Indonesia. Meski belum setenar tenun Toraja, tapi tenun Mamasa memiliki partikular (ciri khas) tersendiri.

Baik dari sisi representasi budaya masyarakat, keindahan tata warna, motif, dan ragi hiasannya. Nggak heran jika tenun Mamasa saat ini banyak diburu penggemar.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net Ini dia salah satu teknik tenun tertua, pallawa (brilio.net/yani andryansjah)

Apalagi, Mamasa adalah satu-satunya wilayah di Indonesia yang hingga kini masih menggunakan teknik tenun tertua, yakni tenun kartu (pallawa). Teknik lain yang digunakan adalah mangkabi (mengepang).

Jadi jangan heran kalau tenun Mamasa itu punya keunikan tersendiri. Dulu, karya-karya tenun Mamasa hanya dikenal masyarakat sekitar.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net Kini tenun Mamasa makin populer lho (brilio.net/yani andryansjah)

Tapi dalam tiga tahun terakhir, tenun Mamasa makin populer, bahkan hingga mancanegara. Hal ini tak lepas dari peran Toraja Melo, sebuah lembaga yang fokus memperhatikan pelestarian tenun Indonesia.

“Mimpi Toraja Melo adalah peningkatan kesejahteraan penenun. Saya pertama kali ke kampung-kampung di Mamasa pada 2014. Masalah hilangnya tenun Indonesia merupakan sesuatu yang mendesak dan saya pikir kita nggak bisa kerja sendirian,” ujar pendiri Toraja Melo Dinny Jusuf kepada brilio.net saat ditemui di Desa Pebassian, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa akhir pekan lalu.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net Dinny Jusuf, pendiri Toraja Melo (kanan berkacamata) membantu para perempuan di Mamasa melestarikan tenun (brilio.net/yani andryansjah)

Toraja Melo akhirnya bekerjasama dengan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka), kelompok yang memiliki anggota sekitar 30 ribu orang di seluruh Indonesia di mana 5.000 diantaranya adalah penenun.

Sejak 2015 Toraja Melo dan Pekka mulai bekerja di Mamasa. Saat ini sekitar 300 perempuan di Mamasa sudah bergabung. “Jadi kerja kami lebih cepat dan mudah,” kata Dinny yang juga mantan Sekjen Komnas Perempuan.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net

Pendiri Toraja Melo Dinny Jusuf (dua dari kiri), Fasilitator lapangan Pekka Susana Rawa Borot (tengah), dan Bank DBS Marekting and Brand Manager Capriana Natalia (kanan) memberikan dukungan pada perempuan di Mamasa untuk menghasilkan tenun berkualitas

Pekka bertugas melakukan penguatan di tingkat masyarakat sementara Toraja Melo menjadi penghubung antara produk tenun masyarakat dengan pasar dunia. Toraja Melo fokus membantu desain dan kualitas produk.

“Mereka menjadi anggota Pekka itu karena memberikan penghasilan kepada keluarga. Tak jarang penghasilan mereka lebih besar dari suaminya,” ujar Fasilitator Lapangan Pekka Susana Rawa Borot.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net Membantu penghasilan keluarga (brilio.net/yani andryansjah)

Oh ya, perempuan anggota Pekka ini bukan berarti suami mereka nggak bekerja lho. Para suami rata-rata berprofesi sebagai petani. Hanya saja, hasil bertani cuma cukup untuk kebutuhan makan. Sedangkan keperluan lain ditutupi dari hasil menenun si istri.

Kini tenun Mamasa kian terkenal. Apalagi dalam dua tahun terakhir, Bank DBS Indonesia membantu promosi dan pemasaran. Salah satunya melalui lomba foto LiveMoreSociety.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net Para indo’ anggota Pekka (brilio.net/yani andryansjah)

“Fokus CSR DBS memang wirausaha sosial, salah satunya yang dilakukan dengan Toraja Melo. Kita membantu melakukan promosi Mamasa lewat program LiveMoreSociety yang sejalan dengan misi sosial Toraja Melo,” ujar Capriana Natalia, Bank DBS Marekting and Brand Manager.

Kini para indo’ (sebutan untuk ibu) di Mamasa bisa tersenyum lebar. Maklum, karya-karya tenun mereka sudah dikenal luas hingga mancanegara.

Tenun Mamasa  © 2017 brilio.net Produk budaya tradisional yang perlu terus dilestarikan (brilio.net/yani andryansjah)