Brilio.net - Saat seseorang telah tutup usia, biasanya ia akan dimakamkan sesuai dengan tradisi, kepercayaan, atau agama yang dianut. Cara ini merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi orang yang meninggal. Namun aturan tersebut tampaknya tidak berlaku di tempat ini. Mayat orang yang sudah tiada dibiarkan begitu saja di atas tanah sampai perlahan-lahan membusuk hingga tinggal tulangnya. Meski kesannya sadis dan tidak berkemanusiaan, hal itu ternyata punya maksud dan tujuan tertentu. Proses pembiaran jasad manusia yang dinamakan 'human taphonomy' itu merupakan bagian dari penelitian di Texas State University.

Jasad manusia yang sudah meninggal itu adalah sumbangan yang telah mendapat persetujuan keluarga demi riset mengenai kondisi organisme usai kematian. Para ilmuwan bisa langsung mengamati jasad yang mengalami dekomposisi (penguraian) saat diperlukan dalam kondisi tertentu.

Body farm © 2016 brilio.net

Proses penguraian pada jasad manusia memang terbilang kompleks dan sangat tergantung pada rangsangan lingkungan sekitar, seperti suhu, kelembaban dan iklim. Untuk mengamati proses tersebut, jasad akan ditempatkan dalam situasi yang berbeda, misalnya di dalam mobil, tenggelam dalam air, atau terbungkus dalam selimut.

Body farm © 2016 brilio.net

Dilansir brilio.net dari scoopwhoop, Rabu (25/5), fasilitas riset seperti ini awalnya didirikan oleh antropolog forensik Bill Bass dari University of Tennessee tahun 1981. Laboratorium ini digunakan untuk memantau kondisi fisik, kimia dan perubahan bakteri dalam tubuh yang membusuk, dan dapat berguna dalam penyelidikan kasus forensik oleh kepolisian.

Fasilitas yang dinamakan 'body farm' tersebut sejauh ini hanya ada di Amerika Serikat. Namun, bukan tak mungkin, negara lain akan mendirikan fasilitas riset serupa. Kelihatannya mungkin menyeramkan, tapi sangat berguna terutama dalam ilmu sains.