Brilio.net - Umat muslim di seluruh dunia akan merayakan hari raya Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal setelah menjalani puasa di bulan Ramadhan. Walaupun bulan Ramadhan yang penuh berkah tersebut telah terlewati, umat muslim pun tetap dapat menjalani berbagai amalan di bulan Syawal.

Salah satu amalan yang dapat dijalankan di bulan Syawal, yakni puasa Syawal. Puasa ini bersifat sunnah dan dilaksanakan selama enam hari berturut-turut.

Menjalankan puasa Syawal berarti telah mengikuti ajaran dan sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, "Seperti diceritakan dari Muhammad bin Ibrahim, Usamah bin Zaid terbiasa puasa di bulan-bulan suci. Rasulullah SAW kemudian berkata, 'Puasalah di Bulan Syawal'. Lalu dia melaksanakan puasa tersebut hingga akhir hayat." (HR Sunan Ibnu Majah)

Meskipun sifatnya sunnah, puasa Syawal pun memiliki beberapa keutamaan seperti halnya puasa Ramadhan. Nah, berikut beberapa keutamaan puasa Syawal setelah Ramadhan, seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (14/5).

 

1. Dapat menyempurnakan ibadah.

Puasa Syawal bisa menyempurnakan maupun menutup kekurangan dari ibadah wajib, khususnya menutup kekurangan yang ada selama bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW pun bersabda, "Amalan pertama yang dihitung dari seorang manusia adalah sholat. Jika sempurna maka semuanya akan tercatat lengkap, dan jika ada yang kurang Allah SWT akan berkata, "Periksalah jika hambaku melakukan ibadah sunnah (nafil)." Jika dia melakukannya maka ibadah wajib akan dilengkapi dari yang sunnah." (HR An-Nasa'i).

 

2. Tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan.

Apabila Allah SWT menerima amalan puasa Ramadhan, maka Allah akan menunjukkan hambanya untuk menjalankan amalan yang lain, salah satunya adalah puasa Syawal.

 

3. Mendapat ganjaran sebanyak 10 kali lipat.

Dengan menjalani puasa Syawal, maka orang tersebut akan mendapatkan pahala sebanyak sepuluh kali lipat dari amalnya.

Hal ini pun dijelaskan dalam sebuah hadits, "Barangsiapa mengerjakan puasa enam hari bulan Syawal selepas 'Iedul Fitri berarti ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Dan setiap kebaikan diganjar sepuluh kali lipat."

 

4. Mendapatkan pertolongan dari Rasulullah.

Dalam sebuah hadits dijelaskan, "Siapa yang menghidupkan sunnahku maka sungguh ia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku bersamaku di surga."

 

5. Meningkatkan keimanan.

Dengan menjalankan puasa Syawal yang merupakan amalan sunnah, maka keimanan seseorang dianggap telah semakin meningkat. Bahkan, bulan Syawal pun kerap diartikan sebagai bulan peningkatan.

 

6. Mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam sebuah hadits dijelaskan, "Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." (HR. Muslim).

Setelah mengetahui keutamaan dari puasa Syawal, ada baiknya langsung mempraktikkan puasa Syawal setelah hari raya Idul Fitri. Berikut adalah tata cara menjalankan puasa Syawal:

 

1. Dilakukan selama enam hari.

Umat muslim dibebaskan berpuasa Syawal selama enam hari selama masih ada di bulan Syawal. Waktu terbaik untuk menjalankan puasa Syawal adalah sehari setelah Idul Fitri. Namun, apabila baru bisa menjalankannya di akhir-akhir bulan Syawal pun tidak ada masalah.

Selain diutamakan sehari setelah Idul Fitri, puasa Syawal sebaiknya juga dilakukan secara berurutan. Apabila terpaksa tidak dapat dilakukan secara tidak berurutan pun tidak apa-apa.

 

2. Wajib mengganti puasa (puasa qodho) terlebih dahulu.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menjelaskan, "Siapa yang mempunyai kewajiban qodho puasa Ramadhn, hendaklah ia memulai puasa qodho-nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal." (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).

Beliau juga menambahkan, "Siapa yang memulai qodho puasa Ramadan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qodho-nya sempurna, maka itu lebih baik. Inilah yang dimaksud dalam hadits yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Namun pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qodho’ puasanya di bulan Syawal. Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qodho’ itu dilakukan." (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).

 

3. Boleh berniat setelah terbit fajar.

Berbeda dari puasa wajib yang harus melakukan niat di malam hari, puasa sunnah seperti puasa Syawal boleh dilakukan setelah terbit fajar.

Hal tersebut pun dijelaskan dalam sebuah hadits Aisyah ra, "Rasulullah SAW bertanya kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)’. Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatu pun (untuk dimakan)’. Beliau lalu bersabda: ‘Kalau begitu aku akan puasa’". (HR Muslim no. 1154).

 

4. Boleh membatalkan puasa.

Berhubung puasa Syawal termasuk ke dalam puasa sunnah, maka boleh membatalkan atau tidak wajib menyempurnakannya. Meskipun demikian, puasa sunnah yang baik adalah mampu menyelesaikannya hingga waktu berbuka, kecuali ada alasan-alasan yang lebih mendesak.

Alasan-alasan tersebut misalnya, seseorang harus mengalami panas yang terik, badan terasa lemas, dan ada orang yang mengundang ke pernikahan.

 

5. Meminta izin pada suami.

Untuk seorang perempuan yang telah berumah tangga, wajib hukumnya untuk meminta izin kepada sang suami apabila ia ingin mengerjakan puasa sunnah, dalam hal ini termasuk puasa Syawal.

Rasulullah SAW pun bersabda, "Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya hadir (tidak sedang safar) kecuali dengan seizinnya. Dan tidak halal seorang wanita membiarkan orang lain masuk kecuali dengan seizin suaminya". (HR Bukhori no. 5195)

Sebagaimana ibadah lain, puasa Syawal pun memiliki niat yang menjadi salah satu rukunnya. Berikut niat puasa Syawal:

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya"
"Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT."

Apabila seseorang ingin menjalankan puasa Syawal secara mendadak di pagi hari, ini adalah niat yang bisa dilafalkan.

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya:
"Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT."