Brilio.net - Selalu ada kelebihan di atas kekurangan seseorang. Ungkapan itulah yang pantas diberikan kepada Gong Xunhui, wanita asal Chengdu, China. Wanita berusia 62 tahun itu telah membuktikan tekad yang kuat dapat mengalahkan penyakit yang di derita.

Xunhui, yang nyaris lumpuh seluruh tubuhnya tak lagi bisa bergerak maupun berbicara. Hal ini dikarenakan penyakit progressive motor neurone disease (MND). Namun, Xunhui berhasil menyelesaikan sebuah buku biografi 150.000 kata hanya dengan mengedipkan mata.

biografi © 2016 brilio.net

Berusaha tegar dan tetap semangat menjalani hidup
© 2016 brilio.net/thanhnien.com.vn

Ia mulai mengalami gejala pertama penyakit tersebut pada 2002. Pada awalnya, ia merasa sering pusing. Lalu kakinya mulai terasa lemas dan ia tak punya kekuatan untuk memindahkan kakinya. Setelah konsultasi dengan berbagai dokter, ia didiagnosis menderita penyakit yang sama dengan Stephen Hawking. Kemungkinan, ia hanya bertahan hidup tiga sampai lima tahun.

“Aku tak berhenti menangis saat mendengar kabar itu. Semua kenangan menyerbu kepalaku waktu itu,” tutur Xunhui seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (23/5).

Xunhui mulai kehilangan semangat hidupnya. Seluruh keperluan, dibantu sang suami. Bahkan Xunhui kemudian hanya mampu menggerakkan kepalanya dan tak lagi bisa berbicara. Namun, kegelapan tak berlangsung selamanya. “Aku tak ingin pasrah. Aku masih ingin menjalani hidup dan tak menjalani kematian.”

biografi © 2016 brilio.net

Sang suami memberikan perhatian dan cintanya yang besar.
© 2016 brilio.net/foxnews.com

Xunhui ingin menulis otobiografi, tapi bagaimana bila ia bahkan tak mampu menggerakkan tangan? Untunglah ada teknologi yang bisa membantunya menulis hanya dengan gerakan mata.

Sebuah kamera video yang ditempatkan di depan Xunhui untuk menangkap gerakan matanya, lalu berlanjut dengan program di komputer yang mengetikkan kata-kata yang ia maksud. Proses ini tentunya sangat melelahkan dan memakan waktu.

“Dengan berkedip puluhan ribu kali, aku bisa mengetikkan maksimal 3.000 kata. Tak heran aku butuh waktu lebih dari satu tahun untuk menyelesaikan biografi tersebut.”

Menurut Xunhui, bukunya tidaklah berisi bagaimana sengsaranya hidupnya. Melainkan bagaimana ia mencoba mendorong sesama penderita untuk bangkit dari keterpurukan. Penyakit yang diderita bukanlah alasan untuk putus asa.

Penjualan buku biografi tersebut akan disumbangkan ke yayasan untuk menolong sesama penderita seperti dirinya. Keren kan?