Brilio.net - Limbah biji alpukat dan limbah kulit udang tak lagi dibuang sia-sia. Karena ternyata limbah ini bisa menjadi bioplastik sebagai pengganti plastik yang ramah lingkungan.

Temuan itu merupakan hasil kerja keras mahasiswa Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Ketua tim peneliti Nurlailiatul Machmudah menjelaskan ia bersama empat orang mahasiswa yaitu Fitria Pebriani, Adi Rachmadji, Tri Susanti, dan Dimas Noor Asyari melakukan inovasi dengan mensintesis bioplastik yang ramah lingkungan.

Dia menuturkan, saat ini telah ditemukan beberapa macam plastik "biodegradable" antara lain, polihidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL), poli butilen suksinat (PBS) dan poli asam laktat (PLA). Namun, kebanyakan bahan baku plastik biodegradable itu masih menggunakan sumber daya alam yang tidak diperbaharui (non-renewable resources) dan tidak hemat energi.

"Bioplastik hasil sintesis ini dinamai bioplastik Mbah Kilat (limbah kulit udang dan biji alpukat). Jadi, bioplastik Mbah Kilat ini dibuat dari bahan dasar kitosan kulit udang dan pati (tepung) limbah biji alpukat. Pada biji alpukat itu terdapat banyak kandungan pati yang bisa dijadikan komponen plastik, sehingga plastik mudah didegradasi oleh mikroorganisme," paparnya sebagaimana dikutip brilio.net dari laman Antara.

Sedangkan pada limbah kulit udang mengandung kitin yang bisa ditransformasi menjadi kitosan sebagai penguat karakter polimer plastik. Untuk menambah karakteristik plastik, maka ditambahkan zat pemlastis atau plastisizer sorbitol.

Hasil penelitian ini kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE). Setelah melalui seleksi Dikti, proposal "Bioplastik Mbah Kilat (Limbah Kulit Udang Dan Biji Alpukat)" ini lolos untuk mendapatkan dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

"Dengan hadirnya bioplastik Mbah Kilat ini kami berharap dapat menjadi alternatif plastik pengganti plastik komersial yang aman digunakan, mudah terurai, dan dapat digunakan sebagai solusi mengoptimalisasi pemanfataan limbah," ujar Nurlaili.