Brilio.net - Keterbatasan bukanlah alasan untuk memudarkan cita-cita. Justru keterbatasan adalah tantangan untuk berbuat sesuatu yang lebih dari kemampuan yang disangka. Salah satu yang telah membuktikannya adalah pria tuna netra yang telah menamatkan studi strata 2 berikut ini. Dia bahkan telah mendaftarkan diri sebagai tenaga pendidik di sebuah universitas negeri di Semarang. Kisah ini dituturkan oleh Karyati Ulya Hadibasuki melalui facebook beberapa waktu lalu.

Karyati mengaku dirinya diajak bicara lebih dulu oleh pria tuna netra bernama Priyono yang selisih umrnya 10 tahun dengannya itu. Dimulai dari pertanyaan tujuan ke mana. Berikut ini kisah yang dituturkan Karyatai.

triyono netra  © 2016 brilio.net



Tiba-tiba mas ini nanya ke saya dimana saya akan turun. Saya jawab alamat saya. Sebagai sopan-santun saya tanya balik dia mau kemana. Ke semarang jawabnya. Tapi saya lalu jadi kepo.
"Semarangnya mana mas?"
"Terminal terboyo bu"
"Memangnya mau kemana mas?"
"Ngaliyan"
"Wah kejauhan kalo turun terboyo, mending turun banyumanik mas, trus naik bis jurusan mangkang turun jrakah. Ngaliyannya mana?"
"Kampus UIN bu"

Sampai di situ Karyati merasa penasaran. Ngapain ya tuna netra ke kampus UIN, pikirnya.

Btw, ke kampus satu ada perlu apa mas?"
"Mau ambil nomer tes bu"
"Oh mau daftar kuliah?"
"Mau daftar jadi dosen bu"
Glodakkkkk, saya kaget.
"Brarti masnya sudah S2?"
"Alhamdulillah sudah bu, blm lama lulus dari UIN jogja"

Dari obrolan ini, diketahui pria tersebut buta sejak lahir yang mengakibatkan dirinya terlambat masuk sekolah karena orangtuanya yang orang desa tidak paham bahwa tuna netra juga bisa mengenyam pendidikan formal. Sekolah Dasar (SD) ditempuh di sekolah biasa, namun tidak lulus karena mengelami kecelakaan menjelang ujian sehingga tidk bisa mengikuti ujian.

Pria tuna netra ini sempat masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) selama satu tahun, serta masuk pesantren satu tahun sebelum akhirnya masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dia mengenal komputer sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mahir menggunakannya dengan cara menghafalkan keyboard. Kuliah S1 diselesaikan dalam waktu 4 tahun.

"Trus kuliahnya gimana mas?"
"Ya kuliah biasa bu, saya mencatat pakai braille, tp untuk tugas dan ujian saya gunakan komputer bicara"
"Lulus S1 langsung S2?"
"Iya bu, tapi lulus S1 saya sambil kerja,kasian orang tua kalo harus membiayai. alhamdulillah ada teman nawarin kerja. Kerjanya online, bikin iklan untuk film. Kalo S2 kan kuliahnya dikit bu, tp tiap hari saya ke kampus nyelesaiin tugas2 biar sore sampe malamnya bisa ngerjain kerjaan online."
"Trus untuk tesisnya gimana mas, kan butuh banyak referensi tuh?"
"Untuk buku, saya dibantu teman bu membacanya, saya kutip yg perlu. alhamdulillah selesai, teman bantu ngerapiin layout aja"

Karyati menuliskan bahwa pria itu sudah menikah sejak setahun lalu dengan gadis yang 'menjelang' buta karena katarak yang lambat ditangani.

"Orang buta berprestasi, saya sudah pernah liat di tipi. Tapi bertemu langsung dan ngobrol dg orang buta yg 'melihat', tak pernah saya sangka. Allah selalu punya cara yang unik untuk 'menjewer' saya," tulisnya.