Brilio.net - Elisa Guerra, perempuan asal Meksiko ini lebih dari 15 tahun menjadi relawan di The Institutes for the Achievement of Human Potential. Sebelumnya Elisa tak pernah bermimpi menjadi seorang guru. Namun akhirnya ia mengubah pemikirannya, ketika mendapati anaknya merasa bosan dan tidak senang ketika pergi ke sekolah. Lalu, ia pun berinisiatif menjadi seorang pengajar. Tak ingin main-main, Elisa pun mendirikan sekolahnya sendiri.

Keputusan diambil Elisa ini juga dilatarbelakangi dengan kondisi sosial yang ada di masyarakat. Lebih dari 21 persen anak-anak di Meksiko tak mampu melanjutkan pendidikan. Merujuk pada data dari The Organisation for Economic Co-operation and Development yang dilansir dari Aljazeera, Selasa (10/01) disebutkan Meksiko merupakan negara ketiga terbesar dengan mayoritas penduduk mudanya yang tidak bekerja dan bersekolah. Selain itu, delapan dari 100 siswa tidak pernah hadir ke sekolah. Selanjutnya, hanya sekitar 20 siswa yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Pemerintah Meksiko sendiri hanya menganggarkan 3,7 persen dari pendapatan negaranya untuk pendidikan.

Elisa Guerra © 2017 istimewa

foto: istimewa

Keadaan pendidikan yang tidak baik tersebut membuat keprihatinan Elisa muncul. Ia merasa pendidikan yang diterapkan di Meksiko malah membuat hal buruk. Ia berinisiatif memberikan alternatif pengajaran melalui sekolah Colegio Valle de Filadelfia.

Pada awal didirikan sekolahnya mirip dengan taman kanak-kanak. Elisa mendapatkan dana dari meminjam uang da menjual mobilnya. Tahun pertama, ia mendapat murid sebanyak 17 anak, termasuk satu anak kandungnya. Sekolah yang dirintis Elisa ini bernama Colegio Valle de Filadelfia. Pengajaran yang diterapkan di sekolah rintisan Elisa mampu memberikan dampak positif, termasuk mendukung kepedulian dan nilai keragaman dengan sesama. Metode yang digunakan diberi nama metode Suzuki.

Elisa Guerra © 2017 istimewa

foto: Aljazeera

Sekolah yang didirikan Elisa juga membuka kelas untuk usia pra-sekolah, dimulai dari umur tiga tahun. Materi dan bahan ajar yang digunakan merupakan kreasi dari Elisa. Menurutnya, bahan ajar saat ini belum seideal dengan impiannya.

Sedangkan metode Suzuki yang dipakainya meliputi mengajarkan anak-anak usia tiga hingga empat tahun untuk membaca dan bermain bola. Berkat cara pegajaran yang kreatif tersebut, Elisa kerap dipanggil di berbagai negara untuk menjadi pembicara. Beberapa materi pengajarannya juga telah diterbitkan secara online maupun cetak. Bukan hanya itu, ia juga kerap mempresentasikan hasil karyanya di konferensi internasional.

Kini sekolah Colegio Valle de Filadelfia ini tak hanya membuka taman kanak-kanak. Sekolah dasar dan sekolah menengah juga tersedia. Sekolah itu juga memiliki lima cabang di Meksiko, dua di antaranya membuka kelas internasional. Elisa pun turut berkontribusi dalam program pemerintah bernama Prospera. Prospera merupakan program pemerintah Meksiko di bidang pendidikan dengan sasaran tujuh juta masyarakat miskin. Pendekatan yang digunakan Elisa dinilai sangat inovatif bagi kemajuan pendidikan Meksiko.

Tahun 2005, Elisa mendapat penghargaan dari The Brazilian Gold Medal of Honor dengan predikat outstanding service for children in Latin America. Bukan hanya itu, Elisa juga didapuk menjadi top instruktur di Udemy dengan peserta sebanyak 800 guru dari 50 negara. Pada tahun 2015, Elisa meraih predikat best educator di Amerika Latin. Dalam dua tahun ke belakang, pada ajang Global Teacher Prize, Elisa masuk menjadi 50 besar mengalahkan lebih dari 2.015 guru yang tersebar di berbagai negara. Nah, berikut video mengenai profil Elisa Guerra yang dilansir dari Facebook Aljazeera.