Brilio.net - Kritik sosial tidak harus dilakukan lewat aksi demonstrasi atau berteriak-teriak. Tapi juga lewat karya-karya kreatif yang bisa diapresiasi banyak orang. Hal itulah yang dilakukan Aji Prasetyo (40), lelaki kelahiran Pasuruan, Jawa Timur ini. Ia menyuarakan kritik sosial lewat komik. Kini sudah ada enam buku komik kritik sosial karyanya yang beredar.

Aji memang menyukai dunia gambar. Ia juga aktif di dunia tulis menulis, yakni menulis di blog. Usai kuliah di Universitas Negeri Malang Jurusan Seni, ia mencoba mencari kerja di bidang gambar, namun sulit sekali. Lantaran tidak tersalurkan, ia pun menekuni hobinya yang lain yakni main musik biola. Ia pun "ngamen" dari satu kafe ke kafe lainnya. Sampai pada tahun 2007 ada peraturan Wali Kota Malang yang melarang pemain musik untuk tampil selama bulan puasa. "Nah dari situ aku kepikiran buat mengkritisi lewat komik yang aku sebarkan lewat blog dan banyak pembacanya. Sampai akhirnya ada penerbit dari Jakarta yang berminat membukukan komik itu,” katanya.

Dari situlah ia terus berkarya membuat komik, hingga sudah enam buku kompilasi dan dua buah buku komik yang sudah dibuatnya. Buku komik pertamanya yang berjudul "Hidup Itu Indah" sempat dilarang edar oleh salah satu ormas karena dianggap melecehkan salah satu agama. Namun Aji tak gampang menyerah, ia kemudian menelurkan satu buku komik lain yang berjudul "Teroris Visual". Di dalam buku ini berisi ia menanggapi isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat. Salah satu opininya dapat dilihat di buku "Teroris Visual" bagian pertama yang menceritakan tentang poster-poster caleg pada masa kampanye, yang terkesan menganggu. Lebih dalam Aji membahasnya dalam bentuk narasi yang lugas dan gaya gambarnya yang unik.

BACA JUGA: Sindy, dirikan komunitas jalan keliling gedung bersejarah di Malang

Sosok Aji yang kreatif ternyata tak hanya berhenti di komik saja. Karena selain dikenal sebagai komikus ia juga sukses mengelola bisnis kafe yang dikonsep secara unik. Tidak hanya menjual kopi yang menjadi menu andalan, Kafenya didesain untuk menjadi wadah bagi komunitas-komunitas yang ada di kota Malang. "Kan Malang banyak mahasiswa pasti banyak komunitas juga. Nah sekalian saja. Setiap hari ganti-ganti komunitas yang ada di sini, tergantung mereka kapan reservasi tempatnya. Contohnya kalau hari Jum’at komunitas standup comedy,” terangnya.

Kafe yang diberi nama Kafe Komika ini baru berdiri pada awal 2016 lalu. Namun, kafenya selalu ramai dengan acara-acara komunitas. Ada jadwal-jadwal khusus bagi komunitas untuk bertemu di kafe tersebut. Seperti Minggu dan Selasa biasanya diisi oleh pelanggan dari komunitas menulis. Bahkan selalu ada diskusi tentang kepenulisan di sana. Selain Selasa dan Minggu, komunitas-komunitas lain sering membuat acara.

Selain sukses di dunia komik dan kafe, Aji ternyata juga dikenal sebagai seorang aktivis lingkungan. Beberapa waktu lalu dia menjadi koordinator gerakan aliansi masyarakat peduli Malabar. “Tugas saya dan teman-teman waktu itu mem blow up permasalahan hutan Malabar di Malang, karena tempat tersebut merupakan areal yang oleh aktivis lingkungan yang difungsikan sebagai fungsi ekologis kota. Tapi malah mau dibikin taman modern oleh salah satu perusahaan asing,” tuturnya.