Brilio.net - Selesai sudah pesta demokrasi di Jakarta. Hasil penghitungan cepat (quick count) sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi) unggul atas pasangan nomor urut 2, sekaligus petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot). Hasil ini memang bukan versi resmi KPU. Tetapi dalam sejarah demokrasi modern, perhitungan cepat adalah salah satu metode ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.

Merunut ke belakang, kemenangan Anies-Sandi seperti dejavu, mengulang hasil putaran I, 15 Februari lalu. Kenapa demikian, lagi-lagi pasangan akademisi dan pengusaha, menilik latar belakang Anies yang seorang dosen dan mantan rektor serta latar belakang Sandiaga Uno yang memang entrepeneur tulen, mampu keluar sebagai kuda hitam.

Pilkada DKI Jakarta © 2016 brilio.net

Kedua pasangan ini tidak diunggulkan, tapi melejit di menit-menit akhir. Pada putaran I, tak ada satu pun yang mengunggulkan keduanya. Tapi hasilnya, mereka berada di urutan kedua. Dengan catatan hasilnya seperti ini: Agus Yudhoyono-Sylviana Murni 17,05 persen (936.609 suara), Ahok-Djarot 42,91 persen (2.357.587 suara) dan Anies-Sandiaga 40,05 persen (2.200.636 suara).

Dari total 7.218.279 (77,1 persen) pemilih yang terdaftar, 5.563.425 di antaranya menggunakan hak pilihnya. Sedangkan angka golput atau tidak memilih yakni 1.654.854. Jumlah surat suara sah yakni 5.465.598 dan 69.254 suara tidak sah. Angka tersebut menunjukkan fakta di lapangan Anies-Sandi memiliki potensi.

Dan potensi ini dimanfaatkan secara penuh untuk mendulang suara pada putaran II. Kharisma Anies yang santun, mampu beretorika, ditambah gaya Sandiaga yang berjiwa muda, membuat pasangan ini makin populer. Di luar isu SARA yang demikian kental, Anies-Sandi berusaha meyakinkan pendukungnya melalui sejumlah program unggulan. Salah satu yang terkenal adalah OKE-OCE. Diakui atau tidak, branding OKE-OCE cukup mengangkat pamor mereka.

OKE-OCE adalah One Kecamatan One Centre of Entrepreneurship. Salah satu program andalan Anies-Sandi di Pilkada DKI yang ingin mencetak wirausaha baru di DKI agar dapat menjadi benchmark di daerah lain. "Demi membangun semangat wirausaha di Jakarta, kami hadirkan kebijakan dan program yang berpihak pada UMKM. Alhamdulillah, lewat program OKO-CE antusias masyarakat sangat tinggi untuk berwirausaha. Sampai hari ini angka partisipasi yang ikut OKO-CE sudah mendekati hampir 12.000 peserta di seluruh Jakarta," begitu Sandiaga mempromosikan programnya melalui akun media sosial seusai debat final Pilkada putaran II, Rabu (12/4).


Selain itu, jargon Jakarta butuh pemimpin yang bisa membangun kotanya jadi bahagia juga menjadi salah satu alat marketing mereka mendulang pemilih. Situasi ini sering disampaikan, utamanya oleh Anies saat kampanye untuk "menyerang" secara langsung lawannya, Ahok, yang dinilai memiliki perangai kasar dan kurang santun. Kelemahan Ahok pada aspek ini dieksploitasi secara cerdas oleh Anies dalam berbagai kesempatan untuk memberikan kesan kepada pemilih bahwa selain gubernur yang bekerja, Jakarta juga butuh gubernur yang tidak suka marah-marah.

Survei BPS pada 2015 menunjukkan indeks kebahagiaan warga Ibu Kota mencapai 69,21% dari skala 0-100. Angka ini masih menunjukkan level bahagia, tetapi dari survei itu mencatat bahwa Jakarta tidak masuk 10 besar kota-kota dengan indeks kebahagiaan tertinggi. Jakarta berada di posisi 14 dalam survei tersebut.

 

Jadi pemimpin itu berpihak dulu, ada keberpihakan, dari keberpihakan baru dibuat mekanisme dan aturannya.

A post shared by Anies Baswedan (@aniesbaswedan) on


Hasil hitung cepat yang sudah berjalan tentu membawa angin segar, bahwa dalam lima tahun ke depan Jakarta akan memiliki gubernur yang menjamin warganya bahagia. Tercukupi kebutuhan pokok, terbebas dari beragam pelik persoalan lainnya, kesenjangan ekonomi, perumahan warga dan problem akut khas: banjir dan kemacetan.

Selamat, Anies-Sandi.

Artikel berdasarkan pandangan penulis dan tidak merefleksikan Brilio.