Brilio.net - Publik masih terus mengikuti perkembangan mengenai virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China ini. Virus Corona sendiri sudah menyebar ke-25 negara di kawasan Asia, Amerika hingga Eropa. Indonesia menjadi sorotan dunia  setelah menyatakan belum ada kasus virus Corona. 

Seperti diketahui hingga Selasa (11/2) siang, korban meninggal akibat virus corona sebanyak 1.016 jiwa dan 43.020 pasien terinfeksi di seluruh China. Meski begitu, belum ada informasi soal korban virus corona di Indonesia. Padahal sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura sudah terlebih dahulu terpapar virus ini.

Fakta belum ada konfirmasi kasus Virus Corona di Indonesia membuat masyarakat lega. Namun, banyak pihak juga mempertanyakan kondisi Indonesia yang seolah tak terjamah oleh virus tersebut.

Fakta tersebut membuat peneliti Harvard University terkejut dengan informasi tidak adanya korban terinfeksi virus corona di Indonesia. Padahal di Thailand, negara dekat Indonesia, melaporkan 25 pasien terpapar corona.

"Indonesia telah melaporkan nol kasus virus corona," kata ahli epidemiologi Marc Lipsitch di Harvard T.H. Chan School of Public Health, penulis pendamping dari studi baru yang diposting di medRxiv seperti dikutip brilio.net dari merdeka.com, Selasa (11/2).

Menurut Lipsitch, sistem kesehatan Indonesia mungkin saja tidak dapat mengungkap kasus ini, dan bisa menciptakan masalah bagi seluruh dunia.

Virus Corona mungkin di Indonesia  bussinessinsider.org

foto: bussinessinsider.org

"Kasus-kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara itu," tambahnya, seperti dikutip dari VOA.

Menurut kelompok penelitian Lipsitch, salah satu dari tiga penelitian terbaru mengatakan bahwa virus corona kemungkinan saja masuk Indonesia. Namun, tidak satu pun dari studi ini melalui proses ilmiah normal yang ditinjau oleh para ahli dari luar.

Indonesia menjadi salah satu negara yang paling banyak didatangi turis China. Kini, Indonesia masih memiliki tugas untuk memperketat deteksi virus corona.

"Indonesia sedang melakukan sejumlah persiapan dan pencegahan terhadap virus corona baru," perwakilan Indonesia dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Dr Navaratnasamy Paranietharan, mengatakan kepada Sydney Morning Herald.

Meski begitu, dia mengaku masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan di bidang pengawasan dan deteksi kasus virus corona aktif.

Para ahli medis meragukan kemampuan Indonesia mendeteksi virus corona jenis baru. Sehingga berpotensi melahirkan sejumlah kasus yang mungkin saja tidak terdiagnosis.

Dalam laporannya, Sydney Morning Herald dan The Age mengungkap laboratorium medis di Indonesia tidak memiliki kit pengujian yang diperlukan untuk cepat mendeteksi virus corona Wuhan, 31 Januari 2020. Salah satu ahli biologi molekuler terkemuka di negara mengatakan virus tersebut mungkin sudah ada di Indonesia meskipun pemerintah mengklaim tidak ada infeksi.

Analyte-specific reagents (ASRs) adalah bahan kimia yang digunakan dalam kit pengujian untuk membantu menganalisis dan mengidentifikasi virus corona jenis baru. Namun, bahan tersebut belum tersedia di Indonesia. Reagen yang diperlukan baru akan tiba di Indonesia dalam beberapa hari ke depan.

Selain itu, laboratorium negara hanya mampu mendeteksi keberadaan virus corona pada orang yang berpotensi terinfeksi. Kelompok virus ini juga termasuk flu biasa, dan MERS serta virus SARS yang sekarang sudah punah. Indonesia belum mengkonfirmasi satu pun kasus virus corona.

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan bahwa saat ini pemerintah Indonesia telah mempunyai alat pendeteksi virus corona. Alat tersebut diharapkan dapat mencegah masuknya virus corona ke Indonesia.

"Yang sangat penting, Indonesia sudah punya alat untuk mendeteksi virus corona. Ada Prof (Prof. Amien Soebandrio) menyampaikan kemampuan Indonesia mendeteksi bila terjadi sesuatu corona ini," kata Moeldoko, Kamis (6/2).

Prof Amien Soebandrio merupakan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Menurut dia, ada dua alat yang dimiliki Indonesia untuk mendeteksi keberadaan virus corona yang berasal dari Wuhan, China.

"Alat untuk dipakai untuk deteksi ini 1 PCR dan 1 lagi sequencing," ujar Prof Amien di kesempatan yang sama.

Prof Amien menyebut Indonesia sudah banyak memiliki alat pendeteksi tersebut yang disimpan di laboratorium dan perguruan tinggi. Namun, kata dia, alat itu tak rutin memeriksa virus corona.

"Di lembaga Eijkman, kami punya dan kami punya pusat genom nasional yang bisa mendeteksi berbagai macam virus," ucapnya.

Sebelumnya, seorang WNI di Singapura terkonfirmasi terinfeksi Virus Corona 2019-nCoV. Hal ini diungkap oleh Kementerian Kesehatan setempat, Selasa (4/2). Menurut dia, WNI tersebut tidak memiliki riwayat bepergian ke negara China. Namun merupakan pekerja rumah tangga dari warga negara Singapura yang juga telah sebelumnya ditetapkan positif virus corona.