Brilio.net - Kita sering mendengar kisah sedih Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Contohnya 18 orang meninggal dan 44 hilang setelah sebuah kapal mengangkut TKI yang sebagian besar berkerja ilegal di Malaysia tenggelam di lepas pantai Batam.

Dalam satu halaman penuh di The Gulf Today, salah satu dari empat surat kabar harian paling utama di Uni Emirat Arab (UEA) dikutip brilio.net, Selasa (22/11), menampilkan iklan layanan tenaga kerja dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Departemen pemasaran harian tersebut tidak bisa dihubungi terkait hal ini untuk memberikan komentar.

Perdagangan manusia di UEA 1-3 © 2016 brilio.net

foto: via Reddit

Poster itu menunjukkan sikap dan praktik mengerikan yang dialami oleh buruh migran dari seluruh dunia di Timur Tengah dan Uni Emirat Arab. Di mana pemerintah telah dituduh membiarkan kondisi 'perbudakan' itu terus berlanjut. Tenaga kerja di poster tersebut dihargai murah, bahkan dengan garansi.

Sudah jadi rahasia umum jika ada ribuan orang Indonesia terjebak setiap tahun menjadi pekerja paksa di luar negeri dan mungkin saja juga mendapat perlakuan tidak manusiawi. Seperti kasus yang terjadi baru-baru ini, dua pekerja seks dibunuh oleh karyawan Bank of America di Hong Kong dan pembantu Indonesia yang disiksa secara mengerikan oleh majikannya.

Bekerja di luar negeri dan memperoleh bayaran tinggi untuk keluarga di kampung halaman adalah godaan bagi masyarakat agar terbebas dari kemiskinan. Maka dari itu, banyak masyarakat yang pergi melalui prosedur ilegal untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri dengan iming-iming gaji besar dan masa depan lebih cemerlang.

Tentu saja, kenyataan di sana tak sebaik yang diimpikan. Banyak yang disiksa, diperjualbelikan, bahkan ada yang berakhir kehilangan nyawa.

Perdagangan manusia di UEA 1-3 © 2016 brilio.net

foto: istimewa

Menurut penyelidikan Human Right Watch tentang pekerja rumah tangga migran di Oman, para pekerja ilegal yang diperdagangkan melintasi perbatasan yang sangat lemah pengawasannya. Pengusaha biasanya membayar agen perekrutan untuk mendapatkan pekerja rumah tangga. Beberapa dari pekerja telah diberi tahu bahwa majikan telah membelinya, sehingga tidak perlu membayar untuk kebutuhan pribadinya.

Misalnya, seorang pekerja migran dari Bangladesh mengatakan bahwa dia telah dipaksa bekerja selama 21 jam sehari untuk melayani 15 anggota keluarga tanpa istirahat atau hari libur, dengan diberi makanan sangat terbatas. Dia dimaki-maki dan dilecehkan secara seksual, dan tidak pernah dibayar gajinya.

Yap, tentu saja masalah seperti ini bukan cuma terjadi di luar negeri. Beberapa tahun lalu, seorang jenderal pensiunan polisi tertangkap menyandera 16 pekerja rumah tangga di sebuah rumah penampungan di Bogor. Cerita ini terungkap setelah satu di antara pekerja itu melarikan diri.