Brilio.net - Hagia Sophia merupakan bangunan bersejarah yang terletak di Istanbul, Turki. Bangunan ini pernah dijadikan salah satu lokasi syuting film 99 Cahaya di Langit Eropa, di mana Acha Septriasa menjadi pemain utamanya. Dalam film tersebut Acha sedikit menceritakan sejarah Hagia Sophia, hingga ke pinggir kota Istanbul yang eksotis.

Bangunan yang awalnya dibangun sebagai basilika
Kristen hampir 1500 tahun yang lalu ini diketahui menjadi simbol kota kosmopolitan yang dapat bertahan lama, sama seperti menara Eiffel di Paris atau Parthenon di Athena. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah memesona.

Sejak Jumat (10/7) bangunan bersejarah ini menjadi sorotan publik bahkan di seluruh dunia. Warga Muslim Turki menggelar salat berjamaah di depan bangunan ikonik Hagia Sophia. Sejarah Hagia Sophia kembali jadi sorotan dunia setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menetapkan fungsi bangunan itu kembali menjadi masjid. Diakui atau tidak, bangunan kuno di Istanbul yang awalnya katedral Kristen Ortodoks namun sempat menjadi alat politik di Turki.

Dilansir dari Aljazeera, Presiden Tayyip Erdogan sebelumnya juga pernah mengusulkan pemulihan status situs Warisan Dunia UNESCO tersebut menjadi masjid kembali. Selama puluhan tahun sejak Turki menjadi negara sekuler, bangunan yang menjadi penanda era pemerintahan Bizantium Kristen dan Otoman Islam ditetapkan sebagai museum.

"Disimpulkan bahwa akta penyelesaiannya adalah sebagai masjid dan penggunaan di luar itu tidak dimungkinkan secara hukum," demikian putusan Dewan Negara.

Lalu bagaimana sejarah asli Hagia Sophia? Brilio.net lansir dari history.com dan sumber lainnya pada Sabtu (11/7), berikut lima sejarah Hagia Sophia yang kini kembali jadi masjid.

1. Dibangun pada abad keenam sebagai gereja.

Sejarah Hagia Sophia © 2020 brilio.net

foto: Instagram/@kath_net

Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai gereja Kristen Ortodoks antara 532 dan 537 M di bawah Kaisar Justinian I. Nama Hagia Sophia berasal dari bahasa Yunani, yakni Ayasofya yang bermakna "Holy Wisdom (Kebijaksanaan Suci)". Bangunan itu dianggap sebagai karya arsitektur Bizantium yang paling penting.

2. Berubah menjadi masjid pada tahun 1453.

Sejarah Hagia Sophia © 2020 brilio.net

foto: Instagram/@dhikrandsalawat

Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi Ibu Kota Kekaisaran Bizantium ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk. Atas perintah Sultan Mehmed II, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid.

3. Hagia Sophia direnovasi.

Sejarah Hagia Sophia © 2020 brilio.net

foto: Instagram/@devletialiyyei0smaniyye

Ketika diambil alih Kekaisaran Ottoman, beberapa bagian kota Konstantinopel telah rusak. Oleh kekuasaan Kaisar Ottoman, beberapa fitur khas seperti lonceng, altar, ikonostasis, dan peninggalan lainnya dihilangkan.

Mosaik-mosaik yang menggambarkan Yesus, Bunda Maria, serta para malaikat juga dihilangkan atau diplester. Kemudian diganti dengan ornamen-ornamen berbau Islam seperti kaligrafi bertuliskan Allah, Nabi Muhammad dan para khalifah Muslim yang ditampilkan di bangunan tersebut.

4. Digunakan sebagai museum.

Sejarah Hagia Sophia © 2020 brilio.net

foto: Instagram/@orderstandrew

Hingga tahun 1931, Hagia Sophia tetap digunakan sebagai masjid. Kemudian ditutup untuk umum selama empat tahun. Hagia Sophia dibuka kembali pada tahun 1935 dengan status baru, yaitu sebagai museum oleh Republik Turki yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Sejak itulah, Hagia Sophia banyak dikunjungi oleh turis-turis dari mancanegara.

5. Kembali menjadi masjid.

Sejarah Hagia Sophia © 2020 brilio.net

foto: Instagram/@mushthafakamal_utsman

Setelah 85 tahun dijadikan sebagai museum, pada 10 Juli 2020 Presiden Tayyip Erdogan menyatakan Hagia Sophia terbuka untuk ibadah umat muslim sebagai masjid setelah putusan pengadilan.

Erdogan membuat pengumuman hanya satu jam setelah putusan pengadilan diturunkan, mengesampingkan peringatan internasional untuk tidak mengubah status monumen. Hal tersebut membatalkan keputusan kabinet Turki tahun 1934 dan memutuskan bahwa situs Warisan Dunia itu harus dibuka kembali untuk ibadah muslim.