Brilio.net - Jelang Lebaran 2019, warga Tanah Air sudah mempersiapkan untuk mudik. Masyarakat telah membeli tiket tranportasi untuk mudik sejak jauh-jauh hari. Beberapa juga memilih memakai kendaraan pribadi untuk mudik.

Nah untuk pemudik antar pulau, biasanya mengandalkan mudik dengan kapal atau pesawat. Sayangnya, harga tiket pesawat masih tinggi. Dilansir brilio.net dari Merdeka.com, Kamis (30/5) imbasnya, penumpang memilih moda transportasi lain dan beberapa bandara di Indonesia merugi karena jumlah penumpang yang menurun drastis.

"Jadi penurunan traffic sampai dengan Mei ini ya ke kita itu sekitar 15 hingga 20 persen penurunannya dibandingkan tahun lalu. Dampak terhadap finansial hitungan kita kemarin sampai dengan bulan Mei sekitar Rp 300 miliar dari awal tahun," kata Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi.

Mengapa harga tiket pesawat masih mahal. Berikut beberapa faktor penyebab kenaikan harga tiket pesawat:

1. Penjelasan Menhub

tiket pesawat mahal © merdeka.com

foto: Merdeka.com

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan salah satu penyebab harga tiket pesawat yang mahal. Menurutnya, maskapai penerbangan masih enggan menurunkan harga tiket agar bisnisnya tetap berjalan baik.

"Masalahnya kan mereka kan upaya untuk membuat bisnis nya lebih baik, sehingga dia tidak melanggar UU karena dia sesuai dengan tarif batas atas," kata Budi Karya.

Menteri Budi juga menjelaskan bahwa Kementerian Perhubungan sudah menerbitkan imbauan kepada maskapai penerbangan nasional untuk menurunkan harga. Namun imbauan itu tak dijalankan tiap maskapai.

"Saya kemarin sifatnya imbauan untuk menetapkan sub-harga (surprice) atau harga tertentu berjenjang. Tampaknya, imbauan itu tidak dipenuhi secara maksimal," kata Menteri Budi.

2. Pengaruh harga avtur?

tiket pesawat mahal © merdeka.com

foto: Merdeka.com

Harga avtur mempengaruhi mahalnya harga tiket pesawat. Harga avtur menyumbang 45 persen biaya operasional maskapai penerbangan. Harga avtur domestik lebih tinggi 20 persen dibandingkan dengan harga internasional. Hal ini membuat maskapai penerbangan harus menaikkan harga tiket untuk mengimbangi beban operasional.

Meskipun begitu, Pertamina membantah harga avtur yang mahal. "Harga avtur tidak ada kaitannya dengan harga tiket pesawat, avtur kita harganya sudah kompetitif," kata Manager Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina telah memperbarui harga avtur setiap dua pekan, dengan mengacu formula pembentukan harga yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan patokan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

Menurut Nicke, dalam tiga bulan terakhir ICP mengalami penurunan, harga avtur pun merefleksikan kondisi tersebut. Bahkan dia mengklaim harga avtur termurah di Bandara Soekarno Hatta.

"Kalau lihat tren 3 bulan terakhir di 2018, itu ICP turun," ujarnya.

3. Masalah nilai tukar

tiket pesawat mahal © merdeka.com

foto: Merdeka.com

Wapres Jusuf Kalla menjelaskan penyebab utama mahalnya tiket pesawat karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan harga avtur yang dibayar dalam valas. JK menilai tingginya harga tiket pesawat sudah mempertimbangkan dua unsur, yaitu konsumen dan perusahaan.

"Kita juga mengetahui mereka itu membayar dengan dolar, beli pesawat dengan dolar, membeli avtur dengan dolar tapi tarifnya rupiah. Maka mau tidak mau harus ada penyesuaian-penyesuaian secara bertahap karena kalau tidak bisa saja kita nikmati hari ini begitu banyak pesawat terbang tapi kita tahu juga berapa banyak usaha yang bangkrut dan berhenti," kata JK.