Brilio.net - Di dunia yang makin panas akibat global warming, secangkir energi ternyata bisa datang dari sumber yang dingin. Bukan hanya menyegarkan tubuh, tapi juga Bumi. Ambil satu sachet Kuku Bima, robek pelan, seduh, dan rasakan. Tapi, coba bayangkan, sebelum rasa segar itu sampai di lidah, ada cerita panjang yang layak disimak. Cerita soal bagaimana sebuah produk herbal lokal bisa punya jejak karbon yang jauh lebih ringan daripada yang dibayangkan.

Sido Muncul, produsen Kuku Bima, benar-benar peduli dengan lingkungan. Langkahnya makin mantap di jalur keberlanjutan. Pada 2024, emisi karbon dari seluruh aktivitas produksinya tercatat turun drastis hingga 89% dibandingkan tahun 2021. Dari 15.494,9 ton CO₂ ekuivalen menjadi hanya 1.773 ton.

KUKUBIMA_KV_2 KUKUBIMA_KV_2

Foto: Kuku Bima

Apa rahasianya? Salah satunya: energi hijau. 91% energinya berasal dari sumber terbarukan. Angka yang bikin kaget, apalagi kalau tahu bahwa sumbernya bukan cuma dari PLN lewat skema Sertifikat Energi Terbarukan (REC), tapi juga dari energi surya.

Di Semarang, atap pabrik Sido Muncul kini dipasangi panel surya. Nilai investasinya nggak main-main, sekitar US$2 juta atau setara Rp32,7 miliar. Hasilnya konkret, potensi pengurangan emisi hingga 1.980 ton CO₂ per tahun, plus hemat listrik.

Sementara itu, ampas jamu sisa produksi juga nggak dibiarkan jadi sampah biasa. Limbah ini diolah jadi biomassa dan gas untuk bahan bakar boiler. Yang dulunya pakai bahan bakar fosil, sekarang sudah beralih ke bahan yang jauh lebih ramah lingkungan. Total limbah yang berhasil diproses? Mencapai 98%. Hampir tak ada yang terbuang sia-sia.

KUKUBIMA_KV_2 KUKUBIMA_KV_2

Foto: Kuku Bima

Air juga jadi perhatian. Sepanjang perjalanan efisiensi ini, Sido Muncul berhasil menghemat air sebanyak 114,2 juta liter. Jumlah yang setara dengan ratusan ribu galon air bersih, dan pastinya berdampak besar kalau dihitung dalam jangka panjang.

Energi di pabrik terbagi dua yaitu untuk proses produksi dan fasilitas pendukung. Kebutuhan ini dipasok dari kombinasi biomassa, listrik jaringan, CNG (Gas alam terkompresi), solar, dan panel surya. Di tahun 2024, intensitas energinya tercatat sebesar 6,08 GJ per ton. Artinya, tiap ton produk jadi jauh lebih efisien dalam penggunaan energi.

Untuk menjaga semua proses ini tetap rapi dan akuntabel, ada struktur khusus. Direksi menetapkan arah, lalu operasional dikendalikan oleh Head of Factory yang didukung oleh dua departemen: Energi dan Lingkungan. Dua divisi ini kerja bareng, memastikan setiap inisiatif efisiensi energi dan pengurangan emisi berjalan selaras.

Sertifikasinya juga bukan kaleng-kaleng. ISO 50001 untuk Sistem Manajemen Energi dan ISO 14001 untuk Manajemen Lingkungan sudah dikantongi. Artinya, semua praktiknya bukan hanya ambisi, tapi sudah terstandarisasi secara global.

Di tengah semua pencapaian teknis ini, satu hal tetap jadi prioritas yaitu kualitas dan keamanan produk. Kuku Bima tetap dijaga lewat standar tertinggi, mengikuti regulasi pemerintah dan praktik terbaik pengelolaan pangan. Karena energi untuk tubuh tidak cukup hanya menyegarkan, tapi juga harus aman.

KUKUBIMA_KV_2 KUKUBIMA_KV_2

Foto: Kuku Bima

Bicara soal kandungan, Kuku Bima bukan sekadar refreshment drink biasa. Di dalamnya ada ginseng, royal jelly, madu, vitamin C, dan vitamin B kompleks. Kombinasi bahan-bahan ini mendukung stamina dan daya tahan tubuh. Rasanya juga nggak monoton. Ada delapan varian yang bisa dipilih sesuai selera: anggur, mangga, jeruk, jambu, kopi, soda susu, nanas, dan original (mix fruit). Sensasi segarnya terasa lebih ringan di tenggorokan dan lebih nyaman di lambung.

Saat menikmati segarnya Kuku Bima, jadi teringat satu hal. Di balik serbuk penyemangat itu, ada upaya panjang untuk menjaga Bumi tetap punya napas. Segar di badan, ringan di Bumi. Dapatkan Kuku Bima di e-commerce favoritmu atau di sini.