Brilio.net - Stroke menjadi salah satu penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di dunia. Namun, tidak semua orang memahami bahwa stroke terdiri dari dua jenis utama: iskemik dan pendarahan. Meski stroke iskemik—yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah—lebih umum, stroke pendarahan atau hemoragik justru membawa risiko kematian yang lebih tinggi.
Dokter Muhammad Ivan Rimbadi, seorang dokter sekaligus Co-owner PT Dharma Medika Usada, menjelaskan bahwa stroke pendarahan adalah kondisi yang sangat serius dan butuh penanganan cepat.
“Jika mengambil definisi dari WHO, stroke adalah seluruh kumpulan gejala defisit neurologis yang muncul secara mendadak dan cepat, akibat terganggunya aliran darah di otak,” ujarnya dalam wawancara kepada brilio.net pada Kamis (22/5).
foto: Dok. pribadi dokter Ivan Rimbadi
Pecahnya pembuluh darah di otak menyebabkan darah bocor ke jaringan otak, menimbulkan tekanan yang merusak fungsi saraf vital. Kondisi ini bukan hanya mengancam jiwa, tetapi juga membawa dampak jangka panjang terhadap kualitas hidup penyintas stroke.
Di Indonesia, stroke pendarahan hanya mencakup sekitar 13% dari seluruh kasus stroke. Namun menurut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, stroke pendarahan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
“Tingkat kematian yang diakibatkan (stroke pendarahan) lebih tinggi dibandingkan stroke sumbatan (ischemic stroke). Bahkan, pada negara berkembang, rata-rata kematian bisa mencapai 30-48%" katanya.
Apa Itu Stroke Pendarahan dan Bagaimana Gejalanya?
foto: shutterstock.com
Stroke pendarahan terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Ini berbeda dari stroke iskemik yang terjadi karena sumbatan. Jenis stroke ini menyebabkan darah keluar dan merusak jaringan otak di sekitarnya, sering kali menyebabkan kelumpuhan, kehilangan kemampuan bicara, atau bahkan koma.
Gejala stroke pendarahan sering kali mirip dengan stroke iskemik, sehingga perlu dikenali dengan baik agar penanganan cepat dapat diberikan.
"Stroke memiliki gejala awal yg penting untuk diketahu secara cepat dan segera utk dibawa ke Rumah Sakit, sehingga dapat menekan resiko kematian.” Ia menyebutkan akronim "SeGeRa Ke RS", yang terdiri dari:
1. SEnyum tidak simetris
2. GErakan separuh tubuh melemah
3. BicaRA pelo
4. KEbas / baal / kesemutan separuh tubuh
5. (R)abun / pandangan kabur sebelah mata
6. (S)akit kepala yang hebat diikuti dengan muntah
Sakit kepala hebat yang datang tiba-tiba, terutama disertai muntah dan kehilangan kesadaran, merupakan tanda serius dari stroke pendarahan.
Penyebab dan Faktor Risiko: 10 Hal yang Bisa Dihindari
foto: shutterstock.com
Meski terdengar menakutkan, stroke pendarahan dapat dicegah. Ia merujuk pada penelitian INTERSTROKE Study (2016) yang menyebutkan bahwa 90% stroke dapat dicegah dengan mengontrol 10 faktor risiko utama:
1. Hipertensi
2. Diabetes Melitus
3. Obesitas
4. Diet tidak sehat
5. Merokok
6. Konsumsi alkohol
7. Penyakit jantung
8. Faktor psikososial
9. Dislipidemia
10. Kurangnya aktivitas fisik
Pencegahan yang efektif berarti mengontrol tekanan darah, menjaga pola makan, dan mengubah gaya hidup secara menyeluruh.
Penanganan Medis dan Tantangan Pemulihan
foto: shutterstock.com
Ketika stroke teridentifikasi, waktu adalah faktor krusial. Menurut dr. Ivan, penanganan awal di rumah sakit melibatkan bed rest, oksigenasi, pemasangan akses obat-obatan dan melakukan penegakan diagnosa secara cepat. Jika terdiagnosis stroke pendarahan, opsi pembedahan sering kali dipertimbangkan untuk mengurangi tekanan di dalam otak.
Namun tantangan tak berhenti di sana. Proses pemulihan pasien stroke pendarahan sering kali panjang dan berat. Ia menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam proses rehabilitasi yang melelahkan ini.
“Stroke merupakan penyakit yang memiliki angka disabilitasi yg tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas hidup pasien,” tutur dr. Ivan.
Dampak Jangka Panjang dan Risiko Gangguan Mental
foto: shutterstock.com
Stroke pendarahan bukan hanya persoalan fisik. Kerusakan di otak dapat menyebabkan perubahan perilaku dan gangguan emosi.
“Stroke, termasuk stroke perdarahan dapat menyebabkan gangguan fungsi dan kualitas hidup jangka panjang karena otak manusia pada umumnya plastisitas yang rendah,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi ini kerap memicu frustrasi yang besar bagi penderitanya sehingga dapat memperbesar risiko gangguan emosi dan perubahan perilaku bahkan depresi.
Fakta ini juga didukung oleh temuan dari American Stroke Association, yang menyebutkan bahwa sepertiga penyintas stroke mengalami depresi pasca kejadian, dan ini berdampak signifikan pada hasil pemulihan jangka panjang.
Langkah Pencegahan, Gaya Hidup Sehat adalah Kunci
foto: shutterstock.com
Meski stroke pendarahan tergolong mematikan, kabar baiknya adalah pencegahannya sangat mungkin dilakukan. Berikut ini hal yang perlu kamu lakukan agar terhindari dari stroke pendarahan:
1. Olahraga secara rutin sesuai kemampuan fisik
2. Mengatur pola makan yang sehat dan terukur
3. Tidur cukup dan teratur
4. Berhenti merokok dan menghindari alkohol
5. Rutin memeriksakan diri untuk deteksi dini penyakit kronis
Langkah-langkah sederhana ini, jika dilakukan secara konsisten, mampu menurunkan risiko stroke secara signifikan.
Seruan Terakhir: Sadar Sebelum Terlambat
foto: shutterstock.com
Di akhir wawancara, dr. Ivan menyampaikan pesan untuk meningkatkan kesadaran dalam upaya pencegahan stroke dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Lebih baik lagi jika melakukan pemeriksaan diri secara rutin untuk mendeteksi penyakit yang berhubungan dengan stroke.
"Sayangi diri kita disaat kita masih muda dan sehat, sebelum datang usia senja dan sakit," pungkasnya.
Stroke pendarahan adalah penyakit yang bisa dicegah dan dikendalikan jika ditangani dengan kesadaran dan pengetahuan yang tepat. Deteksi dini dan perubahan gaya hidup merupakan senjata paling ampuh menghadapi ancaman ini.
[crosslink_1]







































