Brilio.net - Tim putri Honda DBL Indonesia All-Star 2019 yang sedang menimba ilmu di Amerika Serikat sukses menjuarai turnamen 5th Annual DTermine Your Destiny (National Event) di California, Amerika Serikat, Minggu malam (23/2) waktu setempat.

Perjuangan tim putri yang berada di grup A kategori ladies dalam kelompok usia showcase division di turnamen ini terbilang sangat berat. Untuk melaju hingga partai final, skuad All-Star 2019 harus melakoni empat laga dalam dua hari. Dua laga pertama merupakan babak penyisihan grup.

Tim putri Indonesia lolos dari fase grup dengan sempurna. Mereka memenangkan dua laga dan berhak menyandang status juara grup. Di partai semifinal, tim putri All-Star 2019 bertemu dengan Nikos, salah satu tim unggulan yang nggak bisa dianggap enteng. Mereka melangkah ke semifinal setelah berhasil mengalahkan salah satu tim unggulan lain, SoCal Elite.

Namun Tim Nikos berhasil dikalahkan dengan mudah oleh Stephanie Wijaya dan kawan-kawan. Tim basket asal Orange County, California itu harus mengakui keunggulan skuad putri All-Star 2019 dengan skor 38-12. Jesslyn Angelique (UPH Collage Tangerang) dan Stephanie Wijaya (SMA 1 Penabur Jakarta) mencatatkan diri sebagai pencetak skor tertinggi di laga ini. Mereka sama-sama mengemas enam poin. Kemenangan tersebut membuat tim putri melangkah ke partai puncak. Mereka menghadapi Team Inland yang sebelumnya menang lawan West Coast Premier.

DBL Juara © 2020 brilio.net

Di partai puncak, tim putri All-Star 2019 harus kembali berjibaku. Sebab lawan yang dihadapi jauh lebih ngotot dan ngeyel. Team Inland juga beberapa kali menjuarai kompetisi antar akademi basket di Amerika Serikat. Saling kejar skor terjadi di partai final ini. Bahkan, kemenangan tim putri sangat tipis, hanya setengah bola, 41-40.

Menjelang akhir pertandingan, suasana panas terjadi. Para pemain kedua tim kerap melakukan fouls. Beruntung tim putri All-Star Indonesia bisa bermain enjoy. Mereka lebih bisa mengendalikan emosi daripada lawan.

Kemenangan tim putri akhirnya baru benar-benar dikunci ketika buzzer berbunyi. Sebagian besar pemain All-Star pun langsung tertunduk memanjatkan syukur. Mereka seolah tak percaya kerja kerasnya akhirnya terbayar lunas.

Salah satu pelatih skuad putri All-Star 2019, Athini Mardlatika El Hassan mengatakan, perkembangan anak asuhnya sangat bagus. “Anak-anak menjalankan instruksi untuk lebih banyak beristirahat, sebab sehari sebelumnya kan menjalani dua pertandingan sekaligus yang cukup berat juga,” ujar pelatih yang akrab disapa coach Tika itu dala keterangan resmi yang diterima Brilio.net, Senin (24/2).

Menurut dia, permainan tim putri All-Star 2019 sangat memuaskan. Secara tim juga terlihat makin kompak. “Akurasi mereka juga terlihat jauh ada peningkatan. Saya sangat puas,” imbuh pelatih kelahiran 19 Agustus tersebut.

Ditanya soal evaluasi dari keikutsertaan di turnamen ini, coach Tika menyebut anak asuhnya hanya perlu adaptasi saja dengan aturan permainan di Amerika Serikat. “Jadi kalau mereka ke depan ikut turnamen seperti ini ya harus lebih cepat beradaptasi,” imbuhnya.

Forward tim putri All-Star, Evelyn Fiyo mengaku puas dengan permainan teman-temannya. “Hari ini teman-teman keren banget. Sebenarnya dari skill kami mungkin ada kekurangan dibanding lawan, tapi itu semua bisa kami atasi dengan semangat yang luar biasa,” ujar pemain asal Nation Star Academy Surabaya itu.

Harus puas sebagai runner up

DBL Juara © 2020 brilio.net

Sementara itu, laga yang tak kalah berat juga dilakoni tim putra. Datang ke partai semifinal dengan status juara grup, skuad All-Star ditantang tim SoCal Buzz (Burrel). Di turnamen ini, SoCal Buzz tak hanya mengikutsertakan satu tim. Mereka mengirimkan beberapa tim sekaligus untuk kelompok usia showcase division. Di sepanjang turnamen, tim-tim SoCal Buzz juga selalu mendapatkan dukungan dari orang tua para siswa.

Di laga semifinal tim putra All-Star 2019 sebenarnya bisa dibilang menang mudah. Mereka berhasil mengalahkan tim asal California ini dengan skor 38-12. Andreas Marcelino Bonfilio (SMA St Louis Surabaya) langsung mengobrak-abrik pertahanan SoCal Buzz sejak tip-off bergulir.

Ketika tip-off, si jangkung Armando Fredrik Jagiwar Kaize (195 cm) langsung menyambar bola dan mengarahkan ke Bonfil, sapaan Adreas Marcelino Bonfilio. Saking kocar-kacirnya pertahanan, SoCal Buzz sering mendapatkan fouls. Bonfil, Julian Alexandre Chalias, William Hardi Dinata dan Grady Cahyadi tercatat berhasil menyumbang poin untuk tim All-Star 2019 lewat free throw.

Di laga ini permainan tim putra merata. Bonfil, Julian, Fernando Manangsang, Calsen Vierry, Rafael Pasha, Dearren Alvado dan lainnya benar-benar membuat SoCas Buzz tak berkutik. Laga ini pun di akhiri dengan skor 54-19.

DBL Juara © 2020 brilio.net

Nah, di partai puncak ternyata terjadi laga ulangan. Tim putra All-Star kembali ditantang SoCal Buzz (George). Kedua tim sebelumnya sudah pernah bertemu di fase grup (pool B). Tim putra All-Star berhasil mengalahkan SoCal Buzz (George) lewat pertandingan dramatis, 49-48.

Laga ulangan yang terjadi di partai final pun lebih panas. Apalagi orang tua siswa yang hadir menjadi suporter kerap melancarkan protes ke wasit. Begitu pula pelatih SoCal Buzz (George) kerap protes dan masuk ke lapangan. Anehnya hal itu dibiarkan begitu saja oleh wasit.

Sebenarnya laga ini berjalan seru. Sayangnya, berbagai protes yang tidak perlu dari pinggir lapangan membuat suasana pertandingan panas. Tim putra All-Star membuka skor lebih dulu. Mereka sempat unggul dengan margin 8 poin di awal laga, sebelum akhirnya terus terkejar. SoCal Buzz akhirnya berhasil mengejar ketertinggalan.

Giliran tim All-Star yang berupaya menyamakan kedudukan. Sayangnya, anak-anak All-Star malah terlihat bermain tidak lepas. Mereka tampak seperti tertekan untuk segera menyamakan kedudukan. Ditambah lagi keputusan wasit yang kerap merugikan tim putra All-Star.

Mario Davidson yang sebelumnya menjadi pahlawan di laga lawan SoCal Buzz di penyisihan grup, Minggu malam (23/2) justru antiklimaks. Mario kerap menyianyiakan peluang yang sebenarnya 99 persen bisa menjadi poin.

Offensive rebounds yang pada laga-laga sebelumnya terlihat luar biasa, kali ini tak tampak. Itulah yang membuat lawan terlihat tak tertekan. Tim putra All-Star pun akhirnya terus tertinggal dengan margin lebih dari 6 poin.

Yang membuat laga ini kurang sportif adalah wasit menghentikan laga begitu saja ketika waktu pertandingan menyisahkan beberapa detik. Tim putra All-Star pun harus mengakui keunggulan SoCal Buzz (George) dengan skor 42-32. Tim putra All-Star 2019 Indonesia pun harus puas sebagai runner up.

Head coach tim putra All-Star 2019, Dhimas Aniz mengaku anak asuhnya terpancing emosi karena adanya aturan-aturan yang berbeda di turnamen tersebut. “Tidak mudah memang mengendalikan emosi dalam kondisi seperti ini. Apalagi ketika terjadi benturan-benturan dan keputusan wasit tidak sesuai yang kita harapkan,” ujar pelatih kelahiran 20 Juli itu.

Dhimaz sebenarnya sudah mempersiapkan anak asuhnya untuk menghadapi pertandingan terberat di turnamen ini. Termasuk lawan SoCal Buzz (George) sekalipun. “Namun memang kita lihat di lapangan, ada kejadian-kejadian di luar kendali kita. Tapi saya tidak menyalahkan siapapun. Saya sebagai coach harus bisa menerima kekalahan ini dan mengevaluasinya,” ujarnya.