Brilio.net - Cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020 memunculkan banyak kejutan. Salah satunya adalah tumbangnya sejumlah unggulan dan moncernya pemain non unggulan.

Salah satu yang paling sering kita dengar di media sosial adalah Kevin Cordon, pebulutangkis peringkat 59 dunia asal Guatemala yang sukses menjejakkan kaki di babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020. Ia mencatatkan sejarah sebagai pemain bulutangkis pertama dari Guatemala yang sampai di babak semifinal Olimpiade.

Catatan sukses Kevin Cordon tersebut tidak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Muamar Qadafi, yang ternyata lahir dan besar di Indonesia. Latar belakang sang pelatih ini mulai diketahui publik melalui cuitan akun @RudyRoedyanto, dewan BWF dari Indonesia.

Berikut beberapa fakta menarik tentang Muamar Qadafi, dikutip dari berbagai sumber, Kamis (5/8).

1. Pernah menjadi pemain dan asisten pelatih PB Djarum.

Dilansir dari bola.com, ayah Muamar Qadafi menuturkan bahwa sang anak pernah menjadi pemain bulutangkis profesional di bawah naungan PB Djarum. Bahkan, pada 2000 ia berstatus sebagai asisten pelatih teknis PB Djarum.

2. Alumni PB Djarum tahun 1994.

Yuni Kartika, mantan atlet pebulutangkis yang kini jadi komentator pertandingan bulu tangkis, menulis cuitan di Twitter dengan menyinggung Qadafi. Dia menyebut Qadafi merupakan alumni PB Djarum.

 

3. Mantan pelatih tim Peru 2005

Sebelum menerima tawaran untuk menjadi pelatih Guatemala, dilansir dari Liputan6.com, Muamar Qadafi sempat menjadi pelatih untuk tim nasional Peru pada 2005.

4. Lahir dan berlatih bulutangkis di Solo.

Muamar Qadafi adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Kabupaten Sukoharjo. Sebelum pindah ke PB Djarum, ia pernah menjadi siswa di GOR Tipes, Solo. Selama masa pendidikannya di GOR Tipes, ia dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan pekerja keras. Ketika menginjak kelas 5 SD, Muamar kemudian pindah berlatih di PB Djarum Kudus.

5. Dukungan penuh dari keluarga.

Saat ditemui oleh tim bola.com, Suratman, ayah dari Muamar Qadafi mengatakan bahwa dirinya tidak akan membatasi karier kepelatihan anaknya. Ia juga turut berbangga terhadap pencapaian anaknya yang telah berhasil membawa anak didiknya sampai di semifinal Olimpiade. Suratman juga menyampaikan bahwa sebelum menjadi pelatih tim Guatemala, ada beberapa negara yang juga menawarkan posisi pelatih kepada sang anak.

Reporter: Fatimatuz Zahra