Brilio.net - Wabah batu akik terus menjangkiti warga seluruh negeri. Mulai dari warga kelas atas hingga kelas bawah begitu ramai membicarakan akik. Batu mulia tersebut memiliki kesan tersendiri bagi para penggemarnya. Kekhasan yang dimilikinya itulah yang membuat batu akik begitu digandrungi hingga kadang tak wajar.

Jika biasanya batu akik dipasang di cincin dan disematkan di jari tangan, baru-baru ini ada peci yang juga dipasangi batu akik. Tak hanya satu buah batu akik, peci tersebut bahkan dipasang batu akik sejumlah 28 buah. Tapi peci berakik ini bukan peci yang digunakan dalam keseharian, melainkan sebuah karya seni yang dipajang pada pameran seni rupa bertema MATJA: Seni Wali-Wali Nusantara yang diadakan di Jogja National Museum (JNM), 27-30 Juli 2015.

Menurut Lugas Syllabus, sang pembuat karya peci akik, karyanya ini menjadi kritik bagi orang-orang yang selalu melakukan sesuatu mengatasnamakan agama. Peci digunakan sebagai simbol agama. Sedangkan penggunaan akik dipilih karena saat ini sedang marak. Dipilihnya akik lantaran Lugas melihat tak sedikit orang yang menggunakan akik secara berlebihan di tangannya.

"Akik kalau terlalu banyak kan menjurus pada kesombongan. Apalagi semisal akik itu dipakai di kepala. Begitu juga dengan agama, banyak orang yang fanatik, bukan dengan ajaran tapi fanatik kepada kelompok. Itu yang membuat permusuhan," terang Lugas kepada brilio.net, Jumat (31/7).

Lugas mengungkapkan bahwa peci yang ditampilkan tersebut dibuat dengan bahan kuningan yang dicetak dengan teknik cetak etsa. Kemudian ditempeli batu akik sejumlah 9 di bagian atas dan 19 di sekeliling peci. Batu akik yang digunakan pun beraneka macam, seperti Lavender khas Sumatera, Kecubung Api, Yaman, dan berbagai batu lain khas Jawa.

Pameran seni rupa bertema MATJA: Seni Wali-Wali Nusantara yang diselenggarakan di Jogja National Museum (JNM), 27-30 Juli 2015, merupakan salah satu agenda yang diadakan untuk menyemarakkan Muktamar NU ke-33.

Puluhan seniman ikut ambil bagian dalam pameran ini, mulai dari para seniman lokal, nasional, hingga tokoh-tokoh terkenal seperti Ahmad Tohari, D Zawawi Imron, hingga KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.