Brilio.net - Sejak usia 2 tahun, Ben Underwood telah didiagnosa kanker retina yang menyebabkan ia harus kehilangan matanya. Agar terlihat seolah baik-baik saja, setiap hari ia tetap pasang dua bola matanya yang bisa 'dibongkar-pasang'.

Ben, sejak usia 5 tahun mulai mempelajari ekolokasi yang membuatnya dapat mendeteksi objek dengan membuat decakan lidah. Dia mampu menerapkannya untuk berlari, bermain basket, mengendarai sepeda, bersepatu roda, bermain bola, dan bermain skateboard. Dokter yang menangani Ben menyatakan, pasiennya ini adalah yang paling mahir dalam menerapkan ekolokasi.

Ekolokasi adalah kemampuan mendeteksi objek di lingkungan dengan memanfaatkan pantulan suara (gema) dari objeknya. Dengan membunyikan suara semisal menekankan tongkat, menghentakkan kaki, menjentikkan jari, atau menimbulkan suara dari mulut.

Ekolokasi memanfaatkan gelombang suara untuk menentukan letak objek-objek yang ada berdasarkan pantulan gelombang suara itu. Jarak suatu benda dapat dideteksi dari waktu yang dibutuhkan pantulan gelombang suara untuk kembali ke sumbernya. Metode ekolokasi ini diadopsi dari kelelawar dan ikan paus. Konsep ini juga digunakan oleh sonar pada kapal laut yang digunakan untuk menentukan lokasi kapal lain dan mengukur kedalaman laut.

Seorang yang lebih dulu menerapkan ekolokasi adalah Daniel Kish (49), yang merupakan guru Ben. Ia juga mengalami kanker retina bahkan sejak lahir. Gelombang suara ini, diakui Kish tercipta bersama dengan setiap decakan lidah. Gelombang dipantulkan ke permukaan di sekitar dan kembali ke telinga sebagai gema samar. Otak kemudian mengolah gema tersebut menjadi citra-citra dinamis.

Ben Underwood meninggal pada 19 Januari 2009 di usia 16 tahun.

Cek videonya melalui akun YouTube screenocean ini: