Brilio.net - Sebuah studi yang dipresentasikan pada pertemuan American Sociological Association, wanita yang lingkungan pekerjaannya didominasi oleh pria memiliki stres interpersonal yang tinggi. Kondisi ini juga bisa membahayakan kesehatan mereka. Duh!

Dilansir brilio.net dari Time, Kamis (27/8), para peneliti dari Indiana University Bloomington melihat pola hormon stres sehari-hari pada lebih dari 440 wanita di Amerika yang lingkungan pekerjaannya 85% lebih banyak laki-laki. Dalam istilah akademis, wanita disebut "token kerja" ketika hanya ada 15% koleganya yang wanita. Definisi tersebut meliputi pekerjaan-pekerjaan seperti pengawas konstruksi, insinyur, seniman dan pelatih olahraga.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wanita yang bekerja di lingkungan kerja dominasi pria mengalami pemicu stres seperti isolasi, pelecehan seksual, dan rendahnya tingkat dukungan di tempat kerja. Para peneliti berpikir pemicu stres seperti ini dapat mempengaruhi pola hormon kortisol, yang berfluktuasi sepanjang hari tetapi menjadi tidak teratur pada orang yang tingkat konsisten stresnya tinggi.

Pada studi ini, mereka menemukan bahwa jumlah kortisol pada wanita yang berada di lingkungan kerja dengan lebih banyak pria lebih rendah, dibanding pada wanita yang tempat kerjanya seimbang antara pria dan wanita. Hal itu menyebabkan wanita yang lingkungan pekerjaannya didominasi oleh laki-laki memiliki stres yang tinggi.

Penulis juga mengatakan, kortisol sangat sensitif terhadap stres sosial dan tidak banyak pada stres fisik. Hal itu menambah bukti bahwa setidaknya beberapa dari ketidakteraturan hormon kortisol terkait dengan iklim sosial negatif di tempat kerja yang dihadapi oleh wanita.