Brilio.net - Sungguh tak tega ketika melihat rumah milik Namono, warga Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, DIY. Bagaimana tidak, rumah berdinding gedheg atau anyaman bambu dan berlantai tanah yang ditinggali bersma istri dan ketiga anaknya itu reyot dan rusak dibeberapa bagian. Bahkan, kondisinya sudah seperti mau ambruk. Tampak beberapa penyangga di sana-sini guna menjaga rumbah tetap tegak.

Ketika brilio.net menyambangi rumahnya, Kamis (24/4), Namono sedang bekerja memulung barang bekas, pekerjaan sehari-harinya. Hanya ada sang istri, Utami dan dua anaknya. "Bapak tiap hari ya mulung barang bekas, penghasilannya paling-paling Rp 20 ribu sehari, untuk uang saku anak-anak ke sekolah saja Rp 15 ribu, mas," cerita Utami.

Tinggal di gubug reyot pinggir kali, tiap hari keluarga Namono was-was

Tinggal di gubug reyot pinggir kali, tiap hari keluarga Namono was-was

Dirinya bercerita bahwa rumah ditinggalinya sejak tahun 1998 itu kondisinya sudah parah. Apalagi sekarang musim hujan dan rumahnya yang berada di tepi tanggul sungai membuatnya semakin khawatir. "Bocor di mana-mana. Apalagi kalau hujan angin, takut ambruk. Tapi mau bagaimana lagi," katanya pasrah.

Pihak pemerintah desa menurutnya pernah datang dan memfoto keadaan rumahnya untuk diusulkan kepada pihak Kemensos untuk program bedah rumah. "Tapi nyatanya sampai dua tahun tidak ada tindakan apa-apa," tegasnya.

Untuk itu Utami memohon pihak terkait untuk lebih serius memperhatikan keluarga tidak mampu seperti keluarganya. "Saya sih sudah menerima tinggal di rumah seperti ini, cuma ya itu takutnya kalau tiba-tiba roboh. Saya mohon pada instansi-instansi yang berwenang untuk setidaknya mbantulah, jangan cuma janji," ujarnya penuh harap.

Tinggal di gubug reyot pinggir kali, tiap hari keluarga Namono was-was

Tinggal di gubug reyot pinggir kali, tiap hari keluarga Namono was-was