Brilio.net - Lima mahasiswa Teknik Elektro Universitas Islam Indonesia (UII), Aditia Putra, Frista Asrori Prawiradirga, Nana Wahyu Kencana, Hadi Oktariansyah dan M. Bagus Ardianto pada 2014 lalu berhasil menciptakan tempat sampah yang mampu berjalan mendekati sampah secara otomatis.

Karya berjudul "Tempat Sampah Berjalan Otomatis, Catch Me If You Can (CMIYC) ini diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang cipta karsa. Butuh waktu hampir satu tahun untuk menyelesaikan tempat sampah ini.

Didasari fenomena kurangnya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, tercetuslah ide untuk menerapkan teknologi yang dapat menangkap sampah secara otomatis berbasis jaringan/nirkabel. Tujuannya adalah untuk mengurangi permasalahan sampah yang ditujukan di perkantoran.

Tempat sampah ini memanfaatkan kamera web sebagai sensornya dan mendeteksi obyek sampah dengan warna dan bentuk. Jadi, sampah yang berbeda-beda bentuknya tetap bisa terdeteksi karena tercover oleh sistem warna. Untuk mengatur kriteria benda-benda yang terdeteksi oleh robot, tempat sampah ini digunakan aplikasi image processor.

Hanya saja, untuk obyek yang punya selisih ukuran terlampau jauh, baik lebih besar maupun lebih kecil, butuh waktu lama bagi 'otak' si robot untuk menyatakan obyek tersebut sebagai sampah, sehingga gerakan robot menjadi lebih lambat.

Agar robot dapat bekerja, syaratnya adalah obyek harus bergerak. Sampah dilempar vertikal kemudian robot bak sampah ini akan mendekat secara otomatis mengejar dan menampung sampah ke dalam bak terbukanya.

Robot ini masih menggunakan kamera web sehingga masih bergantung dengan laptop yang on. Robot sempat mengalami eror juga sehingga gagal menangkap sampah, serta tampilannya yang masih sederhana sehingga pernah disangka sebagai tempat sampah 'biasa'. Keterbatasan lain adalah masih hanya untuk sampah kering dan mengharuskan sampah dilempar secara vertikal ke atas.

"Tempat sampah ini hanya ditempatkan di suatu ruangan dan tong sampah beserta sampahnya berada dalam jangkauan device kamera yang digunakan. Di luar dari jangkauan kamera, maka sistem tidak bekerja dan perlu mengkalibrasi kamera dengan ruangan" aku Aditia.

Jika dikembangkan dan diindustrikan, tentu teknologi ini akan sangat membantu kehidupan manusia dalam hal sampah.