Brilio.net - Pendidikan memang penting. Mendapat gelar sarjana adalah dambaan siapa saja. Tapi bagaimana jika cita-cita meraih gelar sarjana kandas karena satu dan lain hal?

Kamu bisa mendapatkan jawabannya pada sosok Cecep Widhyantoro, 35 tahun. Kegagalan menyelesaikan kuliahnya, tidak membuat hidupnya berakhir.

Cecep justru menemukan "jalannya" dengan menjadi produsen sepatu panjat dinding. Sepatu tersebut dibuatnya berdasar kecintaannya terhadap dunia panjat dinding.

Semenjak SMA Cecep memang hobi olahraga panjat. Pada tahun 1997 Cecep sudah bisa memenangi kompetisi panjat pelajar yang diadakan salah satu SMA negeri di Yogyakarta. Setelah lulus SMA di tahun 1997, Cecep melalang buana dengan olahraga panjatnya. Selama menekuni olahraga panjat, 20 trofi level nasional yang dia peroleh dari berbagai kompetisi.

Kecintaan dan pengalaman di olahraga ini membuatnya dengan mudah membuat sepatu panjat yang nyaman dipakai, desain bagus sesuai selera pasar. Sepatu panjatnya dia desain sendiri dan teliti sendiri.

Usahanya juga dilakukan karena kondisi fisiknya yang tiba-tiba mengalami kelainan. Pada tahun 2006-2007 Cecep mengalami semacam kelumpuhan. Kemampuan panjatnya di tahun itu seakan hilang. “Kekuatan saya seakan hilang, bahkan mengangkat air putih sebotol 1,5 liter aja saya nggak kuat," akunya kepada brilio.net (8/9).

Usaha sepatunya ternyata mendapat respons positif pasar. Melalui beberapa kali penelitian dan percobaan yang ia lakukan sendiri, Cecep bisa melahirkan model sepatu panjatnya sendiri yang cukup diakui di kalangan pemanjat.

Produknya bahkan pernah diminati oleh orang Swedia dan pernah diekspor ke sana. “Tidak ada produsen lokal yang bisa menciptakan sepatu panjat yang bisa awet untuk digunakan memanjat layaknya produk luar negeri. Itulah yang membuat saya terus melakukan percobaan untuk membuat sepatu panjat yang bisa memenuhi standar itu”, ujarnya bangga.

Berkat kualitas produknya, Cecep pun mengaku pernah diajak kerja sama oleh perusahaan peralatan petualang terkenal, Eiger. Ketertarikan Eiger bermula dari salah satu tim pemanjat Eiger (Skyger), Tedi Exdiana, yang sering  beli produk darinya untuk tim serbu panjat dari satuan Kopasus yang dia latih.

Selain itu, ia pernah ditawari juga kerja sama dengan salah satu produsen Malaysia. Tapi tawaran tersebut ditolaknya dengan halus. “Terus terang, saya lebih enak bekerja sendiri karena bisa bebas tanpa beban dari segi waktu maupun pengerjaannya,” begitu katanya.