Brilio.net - Kalian suka mengenakan batik ke sekolah, kampus, kantor, atau malah ke mall? Nah, buat kalian yang ingin belajar sejarah dan proses bagaimana batik dibuat, Museum Batik Jogja menyimpan sekitar 1.700 koleksi perbatikan yang meliputi batik cap, batik tulis, wajan, aneka canting dari generasi ke generasi, dan aneka ragam bentuk cap.

Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2009 silam, tentu masyarakat Indonesia bangga mengenakan batik dalam kesehariannya. Batik sebagai warisan budaya yang berasal dari Indonesia telah diakui dunia.

Akan tetapi koleksi di Museum Batik Jogja terdapat Canting (alat membuat batik) yang memiliki nama Canting Jerman. Mungkinkah orang Indonesia terinspirasi orang Jerman dalam membuat batik?

"Ketika Perang Dunia ke-2 canting dibawa ke Jerman dan ternyata di sana bentuknya lebih kaku, nggak luwes. Tapi cerita kebenarannya masih simpang siur," Kata Lia (22), edukator Museum Batik Jogja kepada brilio.net, Sabtu (21/3).

Meskipun hanya cerita simpang siur, keberadaan batik di Jerman memang benar adanya. Misalnya salah satu pengagum batik asal Jerman bernama Rudolf G Smend, pria ini menjadi pengagum batik hingga membuat museum dan galeri batik di Jerman dan terlengkap di Eropa sejak tahun 1973.

Museum Batik Jogja menyimpan batik tertuanya yang dibuat pada tahun 1840. Sementara koleksi terkenalnya antara lain Sarung Isenisen Sentik yang dibuat oleh EV Zeuylen dari Kota Pekalongan, Sarung Panjang Soga Jawa yang dibuat oleh Ny Lie Djing Kiem dari Kota Yogyakarta, dan Kain Panjang Soga Jawa.

Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2000 memberikan penghargaan kepada Museum Batik Jogja atas karya sulaman terbesar berupa batik berukuran 90 x 400 cm2. Pada tahun 2001, Museum Rekor Indonesia (MURI) kembali memberikan penghargaan sebagai pemrakarsa berdirinya museum sulaman yang pertama di Indonesia.