Brilio.net - Siapa bilang pasar tradisional nggak bisa dijadikan tempat nongkrong yang nyaman. Buktinya, di Pasar Santa di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, anak-anak muda sering kumpul bersama teman-temannya di lantai dua pasar ini.

Tapi, jangan dibayangkan bahwa mereka nongkrong di kios-kios sayuran ya. Lantai dua pasar ini sudah disulap menjadi ruang berkumpul yang menyenangkan. Hampir di seluruh lantai, kios-kios tempat menjual sayuran didesain sedemikian rupa menjadi tempat berjualan aneka kuliner dan distro. Tentu saja sasarannya anak-anak muda. Di sini juga anak-anak tongkrongan bisa menikmati kopi yang diracik para barista berpengalaman.  

Ya, pokoknya penampilan kios-kios di sini sudah layaknya kafe. Wajar jika pasar ini menjadi tempat berkumpul favotir bagi anak-anak muda urban, khususnya di malam Minggu.

Siapa sangka, tempat nongkrong anak muda Jakarta ini awalnya kumuh


Keberadaan kafe-kafe kecil dan distro ini membuat imej Pasar Santa sebagai pasar tradisional yang kerap diidentikkan dengan tempat yang kumuh, becek, dan bau langsung sirna. Di pagi hari, di lantai satu pasar tetap berfungsi layaknya pasar tradisional. Menjadi lokasi penjualan kebutuhan pokok mulai dari sayuran hingga buah-buahan. Namun, kebersihan pasar tetap terjaga.  

Siapa sangka, tempat nongkrong anak muda Jakarta ini awalnya kumuh


Emmanuel Rendi, seorang pengunjung yang sering datang ke Pasar Santa di malam hari mengatakan, pasar ini menjadi tempat favorit sejumlah anak-anak muda yang ingin nongkrong di tempat yang relatif murah.

“Letak Pasar Santa strategis, mudah ditempuh dan terjangkau. Sehingga banyak anak-anak muda memilih tempat ini untuk nongkrong sambil berbisnis,” kata mahasiswa sebuah kampus di Jakarta Selatan ini kepada brilio.net.

Siapa sangka, tempat nongkrong anak muda Jakarta ini awalnya kumuh


Hal ini pun diamini Iswanto, salah satu pedagang yang menawarkan produk distro. Iswanto mengaku kehadiran kafe dan distro secara tidak langsung mengundang pengunjung datang.

Pasar Santa sebelumnya diperuntukkan sebagai pasar tradisional dengan harga sewa yang sangat murah. “Harga sewa kios di sini sangat murah. Hanya Rp 3 juta per empat meter persegi per bulan,” ujar Iswanto.

Ya, Pasar Santa menjadi salah satu contoh bahwa imej pasar tradisional yang kumuh bisa diubah lewat sentuhan kreatif dan menjadi tempat nongkrong yang menarik.