Brilio.net - Siapa sangka tangan yang sibuk meracik soto itu ternyata juga lihai dalam memainkan wayang kulit. Dialah Wiyarno (35) atau yang akrab disapa dengan Nano, seorang pedagang soto di Jalan Malioboro Jogja.

Nano sudah menghabiskan waktu 12 tahun menjadi penjual soto di depan kawasan Malioboro, Yogyakarta. Pada awalnya dia hanya mengikuti kakaknya berjualan, dan hingga pada akhirnya ia berjualan soto sendiri. Sedangkan profesinya sebagai dalang dilakukannya karena kebutuhan batinnya sebagai seorang pecinta seni sejak kecil.

Nano mengaku dirinya pernah mengenyam pendidikan formal sebagai seorang dalang selama tiga tahun. Dia mengenyam pendidikan pedalangannya di Yayasan Habirandha Yogyakarta. "Sejak sekolah dalang, saya jadi percaya diri dan terjun langsung menjadi dalang," ujarnya saat ditemui brilio.net, Minggu (17/5)

Kini Nano sudah tiga tahun menjadi seorang dalang. Biasanya dia menjadi dalang di sanggar-sanggar seni pada malam Jumat dan malam Minggu dalam setiap pekannya. Sanggar-sanggar tempat ia menjadi dalang, di antaranya Sanggar Celeban dan Sanggar Pandean. "Saya tidak pernah meminta bayaran dari mendalang, karena itu semua saya lakukan untuk menyalurkan hobi saya," katanya lagi.

Nano mengaku saat ini dirinya sedang mengumpulkan uang dari berjualan soto untuk mendirikan sanggar seni miliknya sendiri. Selain itu, ada iktikad baik dalam dirinya setelah memiliki sanggar sendiri. Ia ingin mengajarkan ilmu pedalangan kepada orang banyak setelah memiliki sanggar. Ia berpendapat, dengan memiliki fasilitas yang lengkap, akan lebih mempermudah dirinya untuk mengajarkan apa yang ia miliki. "Karena menurut saya, saat ini dunia semakin modern dan saya khawatir kalau tidak dilestarikan nantinya kesenian tradisional ini akan punah," pungkasnya.