Brilio.net - Meski berstatus sebagai sarjana, Sutriyani (23) tak merasa sungkan berjualan jamu keliling di daerahnya. Ia malah bangga bisa mengikuti jejak ibunya mempertahankan warisan Nusantara itu.

Tukilah (58), ibu Sutriyani yang sudah 10 tahun bergelut dengan jamu juga tak merasa malu dengan apa yang dilakukan putrinya. Banyak orang yang mencibir lantaran sudah disekolahkan mahal-mahal tapi malah jadi penjual jamu. Tapi Tukilah tetap menyemangati anaknya.

"Jualan jamu nggak apa-apa. Mencari yang halal memang sulit. Jadi kan malah ada yang meneruskan profesi penjual jamu yang sudah mulai jarang," terang Tukilah saat ditemui brilio.net.

Karena penjualnya sarjana, cara berjualannya pun pastinya berbeda dengan ibu-ibu pada umumnya. Meskipun ada beberapa jamu yang sudah ia persiapkan dari rumah, ia tetap meracik jamu saat ada pelanggan yang ingin membeli jamunya.

Dari pemarutan rempah-rempah, pemerasan, hingga jadi jamu siap minum ia lakukan di depan pembeli. Hal itu ia lakukan demi meyakinkan pelanggannya dengan orisinilitas jamunya.
Sutriyani juga memberikan tambahan madu dan telur pada jamu yang ia buat.

"Karena penjualnya muda jadi ada bapak-bapak yang iseng tanya ada jamu kuat apa tidak. Maksud jamu kuat itu ya jamu kuat bekerja. Kalau bapak-bapak nggak ada madu atau telurnya kan nggak mau," terang perempuan kelahiran Bantul 21 September 1991.

Berawal dari itu ia pun menyediakan telur dan madu untuk para pria. Hal itulah yang membuat pelanggannya tidak hanya berasal dari ibu-ibu, tapi juga dari bapak-bapak dan anak-anak.

Meski sekarang ia sudah berjualan jamu, tapi ia tetap memberikan les kepada beberapa anak sekolah. Tawaran untuk memberikan les sebenarnya juga masih ada, tapi karena belum sepakat waktunya sehingga belum diambil Sutriyani.