Brilio.net - Nirwansyah Samsyul (26), mengaku berasal dari keluarga broken home, ayah dan ibunya bercerai dan masing-masing telah menikah lagi. Ketidakharmonisan keluarganya muncul muncul setelah ayahnya menikahi wanita lain di Malaysia sewaktu menjadi TKI. Ibunya yang menyusul ayahnya ke negeri jiran, pulang dengan hati kecewa karena kabar itu benar. Alhasil, sang ibu akhirnya memilih menikah juga dengan lelaki lain.

Samsyul kecil tak punya pemikiran jauh ketika ditawari memilih hidup dengan siapa, sehingga ia langsung memilih tinggal bersama neneknya di desa Bojo, Mallusetasi, Barru, Makassar, Sumatera Selatan. Namun, ayahnya tetap membiayai dirinya sekolah hingga kelas 1 SMA. Selanjutnya kelas 2 dan 3 SMA, ia membiayai kebutuhan sekolah melalui beasiswa. Setelah lulus SMA, ia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah karena sudah tidak ada yang membiayainya lagi. Tidak mungkin baginya meminta kepada sang nenek yang sudah renta, meski sejak kecil ia tinggal bersamanya.

Tak patah arang, selepas SMA, ia memutuskan segera bekerja supaya memperoleh modal melanjutkan kuliah. Selama satu tahun, ia pontang-panting menjalani pekerjaan demi pekerjaan. Setelah mendapatkan uang cukup, dia mendaftar kuliah di perguruan tinggi swasta semi ekstensi dengan jadwal seminggu masuk 3 hari. Selama kuliah, dia tetap nyambi bekerja secara serabutan dan sebagai makelar. Tidak ada satu pun keluarganya yang tahu kalau dirinya telah berkuliah.

Berkat kegigihannya, Irwan mampu merampungkan kuliahnya dalam 4 tahun. Tetapi ada cerita haru di baliknya, di saat-saat terakhir masa kuliahnya dan membutuhkan biaya untuk pendadaran, yudisium, dan wisuda. Dia tak memiliki uang sebanyak Rp 5 juta untuk keperluan tersebut. Setelah melalui beberapa pertimbangan, ia memutuskan meminta bantuan ayahnya.

Betapa kecewa dirinya kala itu. Sang ayah menolak memberinya uang Rp 5 juta yang sangat dibutuhkannya. Ia tidak percaya ayahnya tak memiliki uang sebanyak itu. Buktinya, dua saudara tirinya mampu dikuliahkan semua. Ia sakit hati dengan penolakan itu. Selama ini, ia kuliah dengan biaya sendiri, dan merasa kabar selesainya bisa membanggakan orangtuanya.

"Aku melampiaskan dengan (minum) minuman keras," kata Samsyul kepada brilio.net melalui layanan bebas pulsa story telling 0-800-1-555-999, beberapa waktu lalu.

Tuhan ternyata memilihkan jalan untuk dirinya. Akhirnya dengan bantuan paman-pamannya uang itu bisa didapatnya. Setelah memperoleh gelar sarjana, lantas dia bekerja sebagai general administrator di perusahaan pertambangan di Sulawesi Selatan per Maret 2014.

Samsyul bersyukur pengalaman hidupnya yang pahit menjadi bekal ketika berhadapan dengan dunia kerja. Dia merasa sudah terbiasa dengan lingkungan yang keras, sehingga mampu melewati tekanan dari atasan di perusahaannya. Namun, ketia di tengah karier yang cemerlang ada rasa sedih yang masih tersisa. Ia tidak punya banyak waktu untuk keluarga karena harus bekerja selama 12 jam per hari. Oleh sebab itu, ia bertekad bekerja sebaik mungkin untuk membahagiakan keluarganya, tetapi bukan ayahnya. Hal itu lantaran, kekecewaannya telah mendarang daging.

"Aku sudah nggak pernah berhubungan dengan ayah lagi, cuma sama nenek dan ibu saja," pungkasnya.

Cerita ini disampaikan oleh Samsyul melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!