Brilio.net - Jogja memang tak akan ada habisnya untuk dikupas. Banyak sejarah yang tersimpan di Kota Budaya ini. Saat diminta untuk menyebutkan pasar, kebanyakan orang pasti akan mengarahkan pikirannya pada Pasar Beringharjo. Tapi di balik melegendanya Pasar Beringharjo, ternyata masih ada pasar yang lebih melegenda lagi, yakni Pasar Legi Kotagedhe.

Pasar Legi Kotagedhe yang dulunya terkenal dengan Sargedhe atau Pasar Gedhe ini dibangun pada abad 16 M, tepatnya pada masa pemerintahan Panembahan Senopati. Pasar ini dulunya merupakan salah satu bagian dari catur gatra tunggal yang merupakan konsep pengelolaan kota Islam Jawa kuno di mana pusat pemerintahan, masjid sebagai tempat ibadah, alun-alun sebagai ruang publik, dan pasar sebagai pusat keramaian terletak berdekatan.

Ketika Kotagedhe dibagi dua untuk Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta, pasar ini bersama dengan Masjid Agung dan Pasareyan Agung tidak dibagi dua. Dilihat dari namanya, Pasar Gedhe, maka Kotagedhe pasti pernah mempunyai peranan sebagai pusat perdagangan yang besar.

Lurah Pasar Legi Kotagedhe, Sumardi, menerangkan bahwa Pasar Legi Kotagedhe saat itu memiliki peranan yang strategis bagi kerajaan Mataram Islam. Selain menjadi denyut nadi perekonomian warga, Pasar Legi Kotagedhe juga menjadi tempat pertemuan antar masyarakat. Dengan perkumpulan banyak orang di pasar, suatu berita bisa cepat menyebar ke masyarakat.

"Dulu kan komunikasi nggak seperti sekarang ini, komunikasi dulu sangat mengandalkan tatap muka secara langsung, pasar sebagai salah satu tempat yang sering dikunjungi orang jadi salah satu solusinya," terang Sumardi kepada brilio.net, Senin (19/5).

Menurut Sumardi, salah satu yang ditunggu masyarakat saat itu adalah datangnya Abdi Dalem ke pasar untuk berbelanja, karena dari interaksi itu biasanya disampaikan berita terbaru dari Kraton.

Salah satu ciri khas Pasar legi Kotagede adalah masih dipakainya hari pasaran Jawa pada pasar ini. Saat hari pasaran Legi, maka pasar akan lebih ramai dari biasanya. Pedagang-pedagang dadakan akan berdatangan memenuhi jalanan depan pasar dan sekitar pasar.

Jika pada hari biasa pedagang yang ada di sekitar pasar hanya diberi waktu berjualan hingga pukul 09.00 pagi, maka saat hari pasaran Legi, pasar akan penuh dengan pedagang dadakan hingga pukul 12.00.

Maka tak heran jika saat pasaran Legi jumlah pengunjung pasar lebih ramai dari biasanya. Perputaran uang pun akan lebih banyak terjadi pada hari pasaran Legi. Saat hari biasa, jumlah pedagang mencapai 1000 pedagang, sedangkan saat pasaran Legi, jumlah pedagang bisa menjadi 1.200 pedagang. Bahkan pedagang pasar ini pun tak hanya berasal dari warga Kota Jogja, ada juga pedagang dari Bantul, Kulon Progo, Sleman, bahkan dari Klaten Jawa Tengah.

"Pasar ini jadi satu-satunya pasar di Kota Yogyakarta yang masih mempertahankan penggunaan hari pasaran dalam aktivitas pasar," kata Sumardi.

Dari penggunaan pasaran Legi itu, nama Pasar Gedhe atau Sargedhe lebih dikenal sebagai Pasar Legi Kotagede.

Selain dikenal dengan kekhasan penggunaan hari pasaran, Pasar Legi Kotagede juga terkenal sebagai pusat jajanan tradisional atau jajanan pasar terlengkap. Menurut Sumardi, ada beberapa jajanan khas yang tak ditemui di pasar lainnya karena itu merupakan jajanan khas Kotagedhe. Di antara jajanan khas yang disebut Sumardi adalah Kipo, Yangko, Roti Ukel, serta Jadah Manten.

Saat pasaran Legi capai 1.200 pedagang, pasar tertua Jogja tetap eksis
Kekhasan penggunaan pasaran Jawa serta aneka jajanan pasar yang ada membuat Pasar Legi Kotagedhe masih tetap eksis hingga saat ini. Maka tak heran jika saat hari pasaran Legi masyarakat Jogja akan berbondong-bondong datang berbelanja. Begitu juga jika warga Jogja kangen dengan jajanan tradisional, mereka akan sangat mudah menemukan apa yang mereka cari di sini.

Kamu tertarik mengunjunginya?