Brilio.net - Makanan organik seolah menjadi gaya hidup baru masyarakat sekarang. Itu karena kesadaran tinggi masyarakat terhadap olahan makanan yang tak mengandung zat-zat berbahaya. Peralihan gaya hidup itu membuat pertanian organik pun tumbuh.

Salah satu jenis pangan organik yang kini banyak digandrungi adalah beras organik. Mengonsumsi beras ini dipercaya akan membuatmu lebih sehat karena proses penanaman dari padi, panen, sampai menjadi beras benar-benar bebas zat-zat berbahaya, seperti pestisida yang masih banyak dijumpai pada beras biasa.

Meski demikian, bagi yang ingin mengonsumsi beras organik ada baiknya mengetahui sejumlah kriteria mana yang disebut beras organik, jangan sampai salah membeli karena ketidaktahuan informasi, apalagi sampai membeli beras 'plastik' yang sekarang sedang banyak diperbincangkan.

Menurut Rino Andriyanto dan Idalina, pemilik CV Padi Hijau yang bergerak di usaha beras organik, penanganan beras organik dan beras biasa itu sama sekali berbeda, yang kemudian membuat harga beras organik lebih mahal.

Rino & Idalina sukses bisnis beras organik, keren!
Selain pupuknya yang tanpa bahan kimia adalah penjemuran harus dalam tumpukan tebal ketika langsung dikenakan panas matahari serta harus dialasi terpal. Beras organik tidak dapat langsung dijemur di atas semen, selain menghindari kotor juga agar beras tidak pecah-pecah.

Proses penanaman juga berbeda. Bahkan untuk mengolah tanah diperlukan waktu lama sekitar dua sampai empat tahun mengubah tanah yang awalnya bekas pupuk kimia menjadi tanah yang bebas kimia.

"Sekitar 4 tahun baru padinya bagus. Satu sampai dua tahun itu hasil padinya nggak bagus," ungkap Idalina kepada brilio.net Jumat (22/5) Rino menambahkan, "Jadi kita kayak kembali ke zaman dulu. dulu kan malah tanpa pupuk tapi bisa tumbuh."

Rino & Idalina sukses bisnis beras organik, keren!
Selain soal penanaman, padi organik, kata Idalina, juga memiliki karakter batang yang lebih kuat dan berwarna kuning. Batang yang kuat membuat padi organik tak mudah patah saat terkena angin. Hal itu berbeda dengan padi biasa yang mudah ambruk saat terkena angin.

"Karakter batang padi organik lebih keras dan berwarna kuning karena dipengaruhi pemakaian pupuk. Kalau beras non-organik itu batangnya hijau, itu karena kebanyakan urea," ungkap perempuan asli Dili tersebut.

Lebih jauh, perempuan bernama lengkap Idalina Conceicao Abrantes Freitas Suprapto ini mengungkap, bahwa kendala padi organik adalah saat musim hujan. Berkaitan dengan proses penjemuran.  

"Kalau yang biasanya tiga hari, karena hujan, jadi seminggu," tutur Idalina. Rino menjelaskan bahwa sejak perkembangannya, beras organik sudah memiliki beberapa varietas atau jenis asli Indonesia. Di antaranya, menthik susu, menthik wangi, rojo lele, C4, beras merah, beras cokelat dan beras hitam.

"Dua produk CV Padi Hijau yaitu menthik susu dan menthik wangi telah mendapat sertifikat kelayakan bernomor 17187/DBBPAE dari sebuah perusahaan inspeksi ternama di indonesia yang telah berdiri sejak 1956 bernama Sucofindo," terang Rino yang sebenarnya memiliki latar belakang arsitek.

Dalam mengembangkan produk beras organik, Rino menyebut, bekerja sama dengan belasan petani di wilayah Caturharjo. Lahannya sendiri sudah mencapai 17 hektare. Tiap panen, petani akan menyetor ke kantor CV Padi Hijau yang beralamat di Jalan Munggur Kavling Madukismo No.1 Sidoarum, Godean, Sleman, Yogyakarta.

Rino & Idalina sukses bisnis beras organik, keren!

Dalam satu tahun bisa dua kali panen dan setiap hektarenya bisa menghasilkan 5-8 ton. CV Padi Hijau yang memiliki 11 karyawan ini mampu mendistribusikan hingga 4 ton per bulan ke beberapa pelanggan di Yogyakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Jakarta, serta Surabaya.

Yang paling laris adalah beras menthik susu karena rasanya lebih pulen. Untuk beras hitam, beras merah, dan beras cokelat konsumennya merupakan kelas menengah ke atas. "Mereka biasanya untuk kesehatan, karena sudah ngerti manfaatnya," ujar Idalina, yang lulusan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.