Brilio.net - Menjadi pengumpul rambut juga harus punya ilmunya. Seperti diceritakan Mardiyat (45), warga Purbalingga, Jawa Tengah, yang pernah menjadi pengumpul rambut. Menurutnya ada teknik-teknik tersendiri untuk mengumpulkan rambut agar penghasilan yang diperoleh menjadi besar.

Teknik pengumpulannya bermacam-macam. Yayat, sapaan akrab Mardiyat, mengaku awal mula dia menjalani profesi ini adalah keliling dari rumah ke rumah dan membeli rambut-rambut rontok yang telah dikumpulkan para tetangganya.

"Jadi biasanya satu plastik kecil berisi rambut tersebut saya hargai Rp 1.000 hingga Rp 2.000 tergantung banyaknya juga," ujarnya saat ditemui brilio.net Selasa (12/5).

Merasa hal tersebut kurang efektif, Yayat kemudian memutuskan untuk mendatangi salon-salon agar bisa mendapatkan rambut lebih banyak. Biasanya dia akan beli dari salon seharga Rp 50.000 perkilonya. Yayat pun tidak sembarangan memilih rambut, rambut yang dia beli. Minimal panjangnya harus 15 sentimeter (cm).

"Biasanya baru saya jual ke pabrik kalau sudah 10 kilogram. Harganya pun macam-macam, yang paling mahal itu kalau rambut panjangnya 70 cm saya bisa dapat Rp 1,5 juta perkilonya," ujarnya lagi.

Menurut Yayat banyak warganya mendadak kaya gara-gara menjadi pengumpul rambut. Puncak kejayaan tersebut dirasakan beberapa tahun silam, sebelum profesi ini ditekuni banyak orang. "Banyak yang kaya mendadak dari menjadi pengumpul rambut," ujarnya.

Sekarang, kata Yayat, dengan tingkat persaingan yang semakin keras membuat pengumpul rambut memutar otak. Bahkan ada yang mencari hingga luar wilayah, seperti ke Bandung dan Jakarta.

"Tidak sedikit juga yang memutuskan untuk hijrah ke kota tetangga untuk mengumpulkan rambut dan biasanya dibawa pulang tiap dua minggu sekali," ungkap Yayat.