Brilio.net - Keindahan biota laut Raja Ampat sudah dikenal di seluruh dunia. Tak heran jika wilayah yang berada di Papua Barat ini dijuluki surga bawah laut. Maklum Raja Ampat menyimpan potensi bahari mulai dari taman laut, ratusan spesies ikan hias, terumbu karang, hingga Pulau Wayag yang menjadi ikon.

Tapi tahukah kamu jika masyarakat di beberapa pulau di Raja Ampat punya acara unik dalam menjaga kelestarian kekayaan laut dan terumbu karang. Kearifan lokal itu disebut Sasi. Tradisi ini untuk menjaga keseimbangan alam. Caranya, masyarakat harus berhenti menangkap ikan dan biota laut lain dalam beberapa bulan. Tujuannya agar kekayaan laut tidak punah dan stoknya kembali melimpah.

Sasi ibarat bank ikan. Masyarakat memberi waktu kepada ikan-ikan dan biota laut untuk berkembang biak. Sasi dimulai dengan rapat adat di tempat ibadah, seperti masjid atau gereja. Tokoh adat, kepala desa dan warga dari masing-masing pulau di Raja Ampat akan menyiapkan sejumlah sesaji untuk menandai tradisi Sasi. Untuk beberapa warga di kawasan ini, kepercayaan tidak mengonsumsi ikan tertentu juga menjadi bagian dari tradisi lokal.

Saat Sasi diterapkan antara lima hingga tujuh bulan, masyarakat sama sekali dilarang mengambil ikan di laut. Jika ada yang melanggar, maka akan dikenakan denda dengan membayar sejumlah uang kepada tetua adat.

Kepada brilio.net, tokoh masyarakat dan Kepala Adat Desa Sawinggrai, Yesayas Mayor menjelaskan, masyarakat Raja Ampat berupaya mempertahankan tradisi dan budaya yang sudah turun-temurun untuk menjaga kelestarian wilayah perairan.

Tradisi Sasi dimusyawarahkan bersama sehingga ada kesepakatan atas wilayah yang tidak boleh ditangkap ikannya, kata Yesayas Jumat (5/6).

Masing-masing pulau di Raja Ampat seperti Pulau Mansuar, Pulau Arborek, dan pulau-pulau lain memiliki wilayah Sasi sendiri. Sasi kearifan lokal yang tetap terjaga hingga kini.