Brilio.net - Pria paruh baya ini bernama Nano. Saban hari ia berjalan kaki sepanjang jalan raya, memasuki pasar demi pasar, untuk menjajakan mainan tradisional berupa gamelan mini. Semua itu dirinya lakukan demi menafkahi istri dan anaknya yang setia menunggunya di rumah. Nano tak ingin keluarga dan anak semata wayangnya sedikitpun memakan yang bukan haknya.

Pria asal Petapan, Beber, Cirebon, Jawa Barat tersebut mengaku sebenarnya berat hati meninggalkan istri dan anaknya yang masih berusia 6 tahun di kampung halaman. Namun apa daya, demi kebaikan anak dan keluarganya, Nano harus rela meninggalkan mereka dan berkeliling dari satu daerah ke daerah lain menjajakan kerajinan buatan kampungnya tersebut.

"Selama tiga tahun berjualan gamelan ini. Hampir seluruh bagian Pulau Jawa sudah pernah saya datangi," ujarnya saat ditemui brilio.net di Pasar Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (24/3).

Gamelan yang diutang dari warga dikampungnya tersebut ia jual seharga Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per buah. Nano mengaku pernah dalam sehari hanya dua gamelan yang laku terjual, padahal dirinya telah berjalan puluhan kilometer.

Meski pekerjaan ini berat, tapi Nano ikhlas menjalaninya. Bagi dia, demi memberi nafkah keluarga dengan penghasilan yang halal, sebanyak apapun kesulitannya yang dirinya hadapi dalam perantauan bukanlah sebuah masalah.

Sambil menggendong gamelan dengan kayu di pundaknya, Nano berjalan sepanjang jalan raya sambil sesekali memainkan gamelan tersebut dengan not lagu jaman dulu guna menarik perhatian. Tak dapat dipungkiri, semakin lama permainan dolanan tradisional tersebut sudah ditinggal peminatnya.