Brilio.net - Muhammad Rizky Habibi (21) bukan pemuda biasa. Selain aktif mengikuti organisasi dan kompetisi, masa kuliahnya juga dihabiskan untuk meneliti anak autis. Tujuannya mulia, ingin membuat aplikasi terapi autis agar anak autis Indonesia bisa tersembuhkan.

Lantaran tak punya basic terapi, Rizky pun menggandengan Cakra Autism Center sebagai perancang materi. Sebelumnya, ia pernah mencoba ke tempat terapi lain, tapi tak ditanggapi positif. "Niat saya kan baik, tapi tidak serta merta ditanggapi baik. Dari tempat terapi yang memungut biaya hingga memberi syarat berbelit-belit agar saya bisa meneliti anak autis," terangnya saat dihubungi brilio.net, Selasa (21/4).

Untuk bisa membuat aplikasi terapi autis lengkap, Rizky harus melakukan riset selama 3 bulan. Ia harus mengamati proses terapi yang dilakukan oleh Cakra Autism Center. Rizky lalu mencoba mengintegrasikan tahapan yang dilakukan pakar terapi menjadi tahapan dalam aplikasi. Rizky total membutuhkan waktu 2 tahun agar aplikasi ini menjadi layak digunakan.

Awalnya Rizky menargetkan aplikasi ini ditujukan untuk orangtua anak autis. Tapi sejak diluncurkan awal April 2015, yang membeli aplikasi ini kebanyakan malah dokter dan terapis autis. "Mungkin orang tua biasa masih ragu karena anak TI kok buat aplikasi autis. Tapi respon yang bagis malah datang dari para pakar," terang pemuda kelahiran Gresik ini.

Aplikasi ini pun telah menjuarai berbagai kompetisi. Bahkan aplikasi buatan Rizky mendapat pujian Andreas Diantoro, Presiden Director of Microsoft Indonesia. "CAKRA, aplikasi terapi autis terlengkap yang saya temui dan sangat bermanfaat," kata Andreas Diantoro seperti dikutip di situs CAKRA.

Pengembangan pun terus dilakukan. Rizky berharap aplikasi ini bisa digunakan oleh orang tua anak autis di seluruh Indonesia.