Brilio.net - Kecelakaan kereta api kerap terjadi di Indonesia. Ada banyak penyebab terjadinya kecelakaan. Bukan hanya perkara sarana dan prasarana saja, akan tetapi human error juga bisa jadi penyebab.

Adanya penjaga palang pintu kereta api menjadi solusi untuk meminimalisir kecelakaan di perlintasan kereta api. Tapi sampai saat ini tak semua perlintasan kereta api dijaga. Prihatin dengan masalah itu, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sistem palang pintu ketera api otomatis berbasis sensor piezoelektrik.

Lima mahasiswa tersebut adalah Saptian Alfudi Rahman, Muhammad Qomaruz Zaman, Dhias Pratama Lazuarfy, Ranti Dwi Tassia, dan Harisma Khoirun Nisa. Qomar menjelaskan jika hingga saat ini terdapat sekitar 6000 perlintasan kereta api yang tidak ada palang pintunya. Dengan asumsi 4 shift, dibutuhkan sekitar 24000 karyawan untuk menjaga palang pintu kereta api.

"Dengan sistem yang kami buat, maka sudah tidak diperlukan lagi penjaga di palang pintu karena palang pintu akan membuka dan menutup secara otomatis," kata Qomar kepada brilio.net, Selasa (22/9).

Piezoelektrik, alat otomatis untuk kurangi angka kecelakaan kereta api


Secara sederhana, terang Qomar, ketika piezoelektrik terkena tekanan maka akan menghasilkan sinyal yang akan dikuatkan oleh op-Amp. Sinyal itu kemudian dikirim ke Arduino yang akan diolah sesuai logika untuk membuka dan menutup pintu perlintasan kereta api.

Keunggulan dari sistem yang diusulkan mahasiswa Teknik Fisika ini adalah kecepatan tanggap getaran pada benda padat sehingga mempercepat respon untuk aksi membuka-menutup palang pintu perlintasan kereta api.

Pemanfaatan sinyal getaran yang merambat pada rel dapat menjadi alternatif sebagai sumber informasi untuk mendeteksi suatu objek yang sedang bergerak. Getaran tersebut terjadi akibat terjadinya kontak antara gerbong kereta dengan rel yang mengakibatkan terjadinya disipasi energi yang salah satunya menjadi getaran. Getaran tersebut kemudian diolah agar sistem palang pintu dapat bekerja.

Sistem yang dibuat Qomar dan kawan-kawan saat ini masih berupa purwarupa atau prototype dengan satu set kereta dan rel buatan. Meski begitu, ide yang masuk pada Program kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM KC) ini telah mendapat apresiasi dengan diloloskannya pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Oktober mendatang di Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.