Brilio.net - Hidup damai dan saling menghargai satu sama lain bukanlah hal yang mustahil untuk diciptakan. Hal itu berhasil dibuktikan oleh Depora Tanti Herawati (26). Seorang wanita muslim yang dibesarkan oleh keluarga nasrani.

"Pada tahun 1998 saya ikut dengan kakak ke Bali karena ibu dan bapak tidak bisa membiayai hidup kami semua, jadi saya harus ikut dengan kakak yang baru menikah dengan pria Bali dengan harapan dapat mengurangi tanggungjawab orangtua saya," cerita Tanti kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa 0-800-1-555-999, Sabtu (5/12).

Kondisi keluarga yang cukup sulit membuat Tanti harus hidup bersama kakaknya. Tanti berharap bisa mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera, ketimbang tinggal di rumah orangtuanya di Surabaya. Namun nasib berkata lain, kakaknya mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ditambah lagi kebutuhan hidup Tanti.

Sewaktu kecil Tanti adalah anak yang cerdas di sekolah dan selalu menduduki posisi juara kelas. Biaya membuat Tanti harus meninggalkan bangku sekolah agar adiknya tetap bisa sekolah. Demi pendidikan,  akhirnya sang kakak mengizinkan Tanti diadopsi oleh seorang pendeta dan di sekolahkan disebuah sekolah nasrani. Meski memiliki orangtua angkat seorang pendeta. Hidup di lingkungan nasrani, Tanti tidak pernah mendapatkan pengucilan atau paksaan untuk pindah agama, dia tetap beragama Islam dan menjalani hari-harinya sebagai seorang muslim.

Keluarga angkat Tanti dan lingkungan saya tidak pernah memaksakan keyakinan sedikit pun, Bahkan mereka selalu mendukung saya dalam melaksanakan ibadah. "Kami hidup saling menghargai," lanjut wanita dua orang anak ini.

Tanti menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan nilai yang sangat memuaskan. Hal itu tentunya sangat membanggakan bagi ayah angkatnya, Tanti pun kembali dibiayai untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Sewaktu duduk di kelas dua SMA kehidupan Tanti kembali dirundung masalah, ayah dan ibunya bercerai dan dia diminta untuk kembali ke Surabaya.

"Mereka mengizinkan saya kembali ke Surabaya, perceraian orang tua saya membuat saya trauma dan akhirnya kehidupan saya hancur, saya berhenti sekolah," cerita Tanti.

Pengalaman bersama keluarga angkat tersebut tidak pernah dilupakannya. Dia merasakan sesungguhnya sebagai manusia penting untuk kita saling menghargai satu sama lain tanpa memandang latar belakang keyakinan. "Saya dibesarkan oleh keluarga angkat yang nasrani, saya belajar banyak apa itu saling menghargai sebagai manusia, mereka menyayangi saya sebagai anak terlepas bagaimana pun latar belakang saya," tandas Tanti.

Cerita ini disampaikan Tanti melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!