Kala itu Kota Mekah identik dengan perang antar suku. Lalu kondisi ini dimanfaatkan pula oleh sebagian orang untuk memeras para pedagang pendatang yang tidak dilindungi oleh hukum serta tak punya kekuatan pendukung sebab belum adanya peraturan mengenai hal ini.

Salah seorang korbannya pedagang dari Yaman kemudian melaporkan kejadian ini kepada para tokoh Quraisy sebagai pihak yang dipandang untuk menegakkan keadilan.

Pihak-pihak yang menginginkan keadilan seperti pemimpin suku Taym Abdullah bin Judan dan dua aliansi besar suku-suku Mekah kemudian berkumpul untuk membuat perjanjian yang sifatnya mengikat bagi semua suku.

Perjanjian ini mengatasi segala konflik berbau politik, kesukuan, serta kepentingan bisnis. Isi dari perjanjian ini pada intinya adalah setiap suku punya tanggung jawab atas konflik yang hadir kelak dan mereka berkomitmen melawan ketidakadilan serta penindasan siapa pun pelakunya. Dalam perjanjian yang dinamai Pakta Kehormatan (hilful fudhul) ini Muhammad beserta Abu Bakar muda turut hadir.

Jauh setelah Muhammad diangkat menjadi Rasul, perjanjian ini tak lantas diabaikannya. Terdapat 3 pelajaran yang bisa diambil dari hal ini, seperti dikutip dari Tariq Ramadan dalam Biografi Spiritual-Intelektual Muhammad, Selasa (23/6).

Pertama, prinsip keadilan dan melindungi kaum tertindas sejalan dan senantiasa didukung oleh agama Islam. Pakta Kehormatan ini dibentuk jauh sebelum Islam hadir namun tetap diakui oleh nabi Muhammad.

Kedua, sang rasul terakhir mengakui kevalidan perjanjian yang berupaya menegakkan keadilan dan membawa kebaikan ini tanpa melihat dari mana dan siapa pembuatnya, meskipun dibentuk oleh orang-orang yang bukan muslim.

Ketiga, Islam bukanlah sistem nilai yang tertutup dan berseberangan dengan sistem nilai lain. Agama ini mengangkat pesan-pesan universal sehingga sangat mungkin selaras dengan sumber kebaikan lain.

Agama yang lahir dari tanah Arab ini tidak sedikit pun membangun eksklusivitas di antara masyarakat muslim sendiri. Standar individu sebelum dan sesudah hadirnya Islam adalah sama, sesuai ucapan nabi terakhir tersebut, "Yang terbaik di antara kalian (dalam hal kemanusiaan dan kualitas moral) selama masa pra Islam adalah juga yang terbaik pada masa Islam, asalkan mereka memahami (Islam)."