Brilio.net - Saat Rasulullah SAW membaiat kaum Anshar dalam Baiat Aqabah yang kedua, duduk di antara 70 utusan Muslim Madinah seorang pemuda dengan wajah cemerlang, pandangannya menakjubkan, dan giginya putih berlikau. Ketenangan dan kewibawaannya saat berbicara membuat semua mata kian takjub memandangnya. Ia ialah Mu'adz bin Jabal.

Dikisahkan dalam buku 60 Orang Besar di Sekitar Rasulullah SAW karya Khalid Muhammad Khalid, sebagaimana dikutip brilio.net, Rabu (1/7) Mu'adz tak pernah meninggalkan satu peperangan pun. Itu semua berkat keteguhan dan keimanannya.

Pengetahuan fiqihnya yang luas membuatnya mendapatkan pujian dari Rasulullah SAW seperti yang disabdakan beliau, "Umatku yang paling tahu mengenai halal dan haram adalah Mu'adz bin Jabal."

Suatu hari Rasulullah SAW mengutusnya ke Yaman, beliau bertanya kepada Mu'adz, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam memutuskan sesuatu, hai Mu'adz?" "Kitabullah," ujar Mu'adz. "Bagaimana jika tidak engkau jumpai dalam Kitabullah?" tanya Rasulullah lagi.

"Aku putuskan dengan sunnah Rasulullah," jawab Mu'adz. "Jika engkau tak menemui Sunnah Rasulullah?" kata Rasulullah. "Aku berijtihad dengan pikiranku, dan aku tak akan berlaku sia-sia," begitu jawab Mu'adz.

"Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah sesuai apa yang diridhai oleh Rasulullah," ungkap Rasulullah.

Begitulah jawaban Mu'adz. Kesetiaannya terhadap Kitabullah dan Sunnah Rasulullah tak menghalanginya untuk menggunakann akal pikirannya dan memahami hakikat-hakikat yang ada.

Kemampuannya dalam berijtihad dan keberaniannya menggunakan kecerdasan akal pikiran yang membuatnya begitu kaya dengan pengetahuan fiqih. Dan jadilah ia disifati oleh Rasulullah, "Manusia yang paling mengetahui halal dan haram."

Semua keutamaan, kedudukan ilmiah, dan penghormatan kaum muslimin terhadapnya sudah ia raih pada usia muda, sejak zaman Rasulullah SAW. Tapi Allah tak menakdirkannya berusia panjang. Mu'adz meninggal pada masa kekhalifahan Umar saat masih berusia 33 tahun.