Brilio.net - Malang benar nasib bocah ini. Mulyanti (10), anak asuh Panti Bina Siwi, memiliki masa lalu yang menyedihkan. Sebelum tinggal di panti yang khusus menampung dan mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus itu, Mulyanti sempat depresi berat karena kondisi keluarganya yang sulit. Padahal, Mulyanti adalah bocah yang cerdas dan berbakat.

Pengurus panti, Jumilah kepada brilio.net, Sabtu (28/3) menceritakan, saat masih duduk dibangku TK, Mulyanti adalah anak pendiam dan tidak ingin bicara pada siapa pun. Bahkan jika dicubit oleh teman-temannya, dia tidak menangis sedikit pun.

Hal itu membuat gurunya sempat bingung. Hingga pada suatu waktu, Mulyanti tidak masuk sekolah, sang guru khawatir dan meminta bantuan kepada pihak panti untuk mencari tahu ada apa dengan anak didiknya. "Waktu itu guru TK Mulyanti menemui saya, katanya muridnya yang pendiam itu tidak masuk sekolah dan dia pun bercerita tentang sifat Mulyanti yang pendiam dan tertutup," jelas Jumilah.

Pihak panti tanggap dengan yang disampaikan guru TK tersebut. Jamilah dan rekannya, Yanti, mencari alamat dari Mulyanti kemudian mengunjungi rumahnya. Fakta yang menyayat hati ditemui Jumilah dan Yanti setelah tiba di rumah Mulyanti. "Saya kaget melihat kondisi rumah itu, ternyata ibu Mulyanti mengalami gangguan jiwa. Kemudian neneknya sedang sakit stroke, yang mencari nafkah hanyalah nenek buyut Mulyanti, itu pun sudah pikun. Satu-satunya yang kondisi mentalnya sehat di rumah itu adalah Mulyanti," lanjutnya.

Kenyataan bahwa Mulyanti berada di rumah yang kondisi para penghuninya memprihatikan membuat Jamilah langsung berinisiatif untuk menyelamatkan Mulyanti. Saat itu Mulyanti sedang sakit dan tertidur di atas tempat tidur bambu. Seluruh tubuh Mulyanti bengkak.

Karena sang nenek buyut yang menjadi ulang punggung keluarga tidak di rumah saat mereka datang, maka dengan seizin tetangga sekitar rumah itu, Mulyanti pun dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan sepeda motor. "Bu Yanti yang nyetir, aku yang pangku Mulyanti. Saat itu pikirku cuma satu, anak ini harus diselamatkan. Sampai di rumah sakit kami malah kena marah dokter karena kondisi anak itu sudah sangat parah, dokter mengira Mulyanti adalah anak yang tinggal di panti," jelas Jumilah mengingat-ingat kejadian beberapa tahun silam.

Setelah mengalami perawatan intensif, akhirnya Mulyanti dapat tertolong. Dia pun dibawa ke Bina Siwi. Awalnya Mulyanti masih jadi anak pendiam, namun lambat laun setelah pengurus panti dan anak-anak panti lainnya memberikan perhatian dan kasih sayang kepada gadis itu. Akhirnya Mulyanti mulai membuka diri.

Setelah pihak panti menelusuri penyebab diamnya Mulyanti selama ini, ternyata Mulyanti mengalami depresi berat (bipolar). Bagaimana tidak, anak tersebut tertekan dengan kondisi lingkungan keluarga yang sangat memprihatinkan. Belum lagi, sewaktu kecil Mulyanti sering diledek sebagai anak orang gila oleh teman-temannya, hal ini membuat jiwanya terguncang. Untungnya pihak panti segera menolong Mulyanti.

"Kami bersyukur bisa menyelamatnya Mulyanti, dia anak kami yang cerdas dan berbakat," dengan wajah terharu Jumilah menceritakan salah satu pengalaman hidup anak asuhnya.

Dengan penuh kasih sayang dan perhatian yang melimpah dari Bina Siwi membuat Mulyanti dapat pulih dari depresi dan akhirnya dapat berinteraksi dengan orang banyak. Bahkan Mulyanti kini dikenal dengan anak yang cerdas yang dapat menguasai berbagai tarian daerah.

Sesungguhnya semua anak terlahir dengan istimewa tidak terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka memiliki kemampuan yang luar biasa, tinggal bagaimana lingkungan keluarga dapat mengelola bakat terbaik mereka.

Mulyanti pernah merasakan betapa buruk dampak bullying. Jadi, mulai sekarang jangan ada lagi bullying. Jika mengetahui, kamu sebaiknya mencegah. Jangan malahan kamu ikut-ikut membully.