Brilio.net - Djiwodiharjo memang sudah tiada. Tapi, jasa-jasa dan karyanya di bidang pembuatan keris akan terus hidup dan eksis. Empu Djiwo, biasa dia disapa, berkontribusi positif terhadap perkembangan budaya keris di Tanah Air.

Karena konsistensinya dalam pembuatan keris, semasa hidup, empu keturunan Kerajaan Majapahit ini pernah mendapat penghargaan upakarti dari presiden pada 2012. Penghargaan upakarti yang diterima maestro keris asal Imogiri sebagai bentuk ucapan terima kasih atas jasanya terhadap pelestarian budaya bangsa.

Mengenang Empu Djiwo, maestro keris keturunan Majapahit

"Penghargaan paling prestisius dari presiden adalah saat pemberian upakarti di Istana," Kata Sutomo (34) anak Empu Djiwodiharjo di kediaman sekaligus galeri keris kepada brillio.net.

Koleksi dan aksesoris keris di kediaman Empu Djiwo sangat banyak dan tampak terpampang puluhan penghargaan baik dari institusi dan personal, tak heran juga terdapat display keris yang panjangnya melebihi satu meter di ruang galeri yang berbentuk joglo tersebut.

Menurut Sutomo, kemampuan ayahnya dalam membuat keris sudah turun temurun, diturunkan oleh Empu Supandriyo dari Kerajaan Majapahit. Empu Djiwo sendiri adalah keturunan ke-19 dari Empu Supondriyo. Empu Djiwo tercatat telah melestarikan keris jawa sejak tahun 1952.

Mengenang Empu Djiwo, maestro keris keturunan Majapahit

Pembuatan keris juga tidak sebentar. Butuh waktu yang lama. Kurang lebih memakan waktu lebih dari sebulan untuk menghasilkan satu buah keris. Harganya pun relatif mahal, mulai dari Rp 250 ribu hingga jutaan rupiah.