Brilio.net - Rizal Yahya (46) merupakan salah satu guru yang bertugas di SMALB-D YPTB Malang, Jawa Timur. Bagi kita yang belum mengenalnya, mungkin lelaki ini tampak biasa saja. Namun ternyata guru yang satu ini adalah satu-satunya guru yang mengalami tuna rungu di SMA tersebut.

Yahya, begitu dia biasa dipanggil, sudah mengajar di sekolah khusus anak tuna rungu tersebut sejak tahun 1966 dan dia diberi tanggung jawab untuk mengajar beberapa mata pelajaran seperti Mtematika, IPA, Olahraga, dan juga keterampilan las. Sosok Yahya mungkin sudah sangat populer di kalangan para pendidik di kota tersebut. Bagaimana tidak, Yahya ternyata adalah seorang sarjana Teknik Sipil lulusan salah satu universitas swasta di Malang. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya untuk mengambil gelar pengajar (Akta IV) di universitas ternama lainnya.

Luar biasanya, dua universitas tempat Yahya belajar bukan merupakan universitas yang khusus menampung anak berkebutuhan khusus, melainkan universitas biasa yang diisi oleh para mahasiswa "normal". Bisa kita bayangkan bagaimana seorang Yahya berusaha memahami semua materi yang diberikan dosennya tanpa menggunakan alat bantu pendengaran.

"Memang sedikit susah waktu saya harus belajar di kelas apalagi hanya saya yang tuna rungu. Tapi waktu itu jika memang saya merasa kesulitan, setiap selesai kelas saya pasti menemui dosen untuk meminta materi dan kemudian saya cari dan coba pahami di perpustakaan," ujar Yahya pada brilio.net, Rabu (4/3).

Terlepas dari kesulitan tersebut, Yahya mampu membuktikan bahwa seorang tuna rungu juga bisa mendapat gelar sarjana dari universitas ternama. Saat ditanya seputar apa yang menjadi motivasinya waktu kuliah, Yahya menyebutkan bahwa dia semata-mata hanya ingin menyemangati rekan-rekan tuna rungu agar tidak takut dan juga minder berhadapan dengan orang lain. Yahya juga mengaku bahwa awalnya dia juga merasa ragu, sebelum akhirnya dia benar-benar dapat membuktikan bahwa dia mampu.

Yahya juga dikenal sangat berprestasi, saat SMP dan SMA dia berhasil menjadi juara kelas dan saat kuliah pun dia tetap bisa belajar dengan baik serta aktif dibeberapa kegiatan kampus seperti pecinta alam. Selain itu saat menjadi pengajar, dia juga pernah mengikuti pelatihan guru matematika nasional yang diselenggarakan di Bogor. Dan dia juga menjadi peserta terbaik dalam acara tersebut padahal dia juga satu-satunya guru dengan tuna rungu yang hadir.

Saat ini selain mengajar, Yahya juga dikenal aktif di beberapa organisasi seperti misalnya, menjadi ketua umum ke-7 dan juga DPO di GERKATIN (Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia) cabang Malang; menjadi wakil ketua di organisasi ADC (AREMA Deaf Club Funbike), dan juga anggota di JITUMA (Jimbe Tuna Rungu Malang).

"Kalau menurut saya yang penting percaya diri saja agar nantinya juga bisa memotivasi orang dengan tuna rungu lainnya di luar sana," ujar Yahya.