Brilio.net - Sebuah seni tari umumnya diiringi dengan suara musik, entah itu musik gamelan, hiphop, beatbox atau jenis musik lainnya. Selain untuk menghidupkan suasana, musik juga sebagai tanda gerakan-gerakan dalam tarian. Karena itu musik sangat penting untuk mengiri pentas tari.

Tapi pernahkah kamu bayangkan bagaimana jika para penarinya adalah penyandang tuna rungu atau tuli? Tentu tidak mudah. Tapi, sesuatu yang sulit itu bisa ditaklukkan para penyandang tuna rungu yang tergabung dalam Komunitas Deaf Art Community Yogyakarta (DACY).

Para difabel di sana secara luar biasa bisa melakukan seni tari yang indah. Bahkan untuk modern dance dan capoera yang membutuhkan irama rancak sebagai pengingat gerakan-gerakannya, mereka sanggup melakukannya.

Arief Wicaksono (19), anggota Deaf Art Community Yogyakarta (DACY) yang juga penari untuk Deaf Art, menceritakan, awalnya Deaf Dance di DACY itu terinspirasi dari orang-orang biasa yang menari. “Saya lihat gerakan tariannya bagus saya juga pingin bisa menari, jadi kami akhirnya belajar,” kata Arief dengan bahasa isyarat yang di terjemahkan Fransiska kepada brilio.net, beberapa waktu lalu.

Mengagumkan, mereka tetap bisa menari dalam 'kesunyian'

Arief mengatakan, meski dirinya tak bisa mendengar musik pengiring, tapi hentakan suara jimbe atau drum begitu terasa di jantungnya. Karena itu dia tetap bisa melakukan gerakan-gerakan tari yang membutuhkan musik sebagai pengingat gerakannya. “Di dada hentakannya terasa, jadi kami mengikuti sesuai irama yang terasa di dada kami,” tambahnya.

Apa yang dirasakan Arief dan teman-teman di Deaf Dance tentang hentakan suara kurang lebih sama seperti hentakan yang kita rasakan sewaktu menonton konser musik. Selain terdengar di telinga, suara drumnya juga begitu terasa di dada.

Orang-orang seperti Arief dan teman-teman di komunitasnya telah membuktikan bahwa keterbatasan mereka tidak menjadi halangan untuk tetap beraktivitas dan berkreasi. Perjuangan mereka ini tidak sia-sia. Arief dan kawan-kawannya sudah menguasai banyak modern dance dan capoera. Mereka pun sudah sering tampil di sekitar Yogyakarta.