Brilio.net - Tak bisa dipungkiri, Jalan Malioboro, Yogyakarta adalah salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Pelajar tersebut.

Tak hanya turis lokal, turis mancanegara pun banyak ditemui di kawasan sepanjang kurang lebih 1 kilometer tersebut. Banyak turis mancanegara juga memanfaatkan kendaraan tradisional, seperti andong untuk menikmati suasana Malioboro.

Lalu bagaimana cara berkomunikasi antara turis yang tak bisa berbahasa Indonesia dan penarik andong yang tidak bisa berbahasa Inggris? Tentu ada triknya tersendiri.

Menurut Sutar (61) seorang penarik andong yang sudah menekuni profesinya sejak tahun 1970, modal yang dibutuhkan untuk bernegosiasi dengan bule adalah peta. "Biasanya mereka kan bawa peta, terus ngomong saja sebisanya. 'Where you go' sama 'fifty' itu wajib bisa," ungkapnya sambil tertawa kepada brilio.net, Kamis (13/8).

'Where you go' dan 'fifty' menurutnya bisa dipahami semua turis asing. "Rata-rata memang tarifnya Rp 50.000. Contohnya kalau dari sini (Malioboro) ke Keraton ya memang segitu tarifnya," tambahnya

Sutar yang merupakan warga Bantul, Yogyakarta ini juga tidak pernah membeda-bedakan tarif antara wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. "Di sini kan ada paguyubannya, di situ juga disepakati tentang tarif, nyang-nyangan (tawar-menawar) boleh saja, tapi kusir andong juga tidak boleh pasang harga yang ngawur. Nanti nama baik penarik andong di sini yang rusak kalau pasang tarif seenaknya," tutupnya.