Brilio.net - Perdagangan manusia adalah salah satu persoalan yang ada di Indonesia. Kebanyakan korban perdagangan manusia adalah wanita, seperti yang dialami Nita (27). Wanita asal Ngawi, Jawa Timur, merasakan pahitnya menjadi korban dari perdagangan manusia dan sering mendapatkan perlakukan yang tidak manusiawi.

Hidup yang dijalani Nita saat ini memang tidak mudah. Wanita ini harus mengalami putus sekolah dan tidak menyelesaikan sekolah dasarnya karena alasan biaya. Ditambah lagi dia harus menghadapi kenyataan pahit, kalau kakak kandungnya sendiri rela menjualnya kepada orang lain.

Ayah Nita meninggal ketika Nita masih berusia 3 tahun. Sejak itulah ibu Nita menjadi tulang punggung keluarga. "Agar tak membebani ibu, saya memilih ikut bersama kakak laki-laki saya di Palangkaraya," kata Nita, kepada brilio.net melalui sambungan telepon bebas pulsa 0-800-1-555-999, Kamis (17/12).

Keputusan itu diambil Nita lima tahun lalu. Saat pertama kali menginjakkan kakinya di kediaman kakaknya itu dia berharap dia memulai hidup baru dengan lebih baik. Dia rela melakukan berbagai pekerjaan, mulai dari jadi pembantu sampai pada jaga toko.

Sebulan setelah Nita tinggal bersama kakaknya itu, kondisi ekonomi kakaknya semakin tidak stabil. Hingga muncullah pembicaraan bahwa Nita mendapatkan penawaran pekerjaan dari teman kakaknya. Sebenarnya Nita tidak pernah tahu pekerjaan apa yang ditawarkan dari teman kakaknya, namun sekali lagi wanita polos ini menyiakan dan ikut dengan teman kakaknya itu.

"Awalnya kakak saya menjanjikan kalau saya ikut dengan temannya maka saya akan diberi pekerjaan, sampai di Batam saya malah dipaksa untuk menjadi pelacur, saya ingin kabur tapi kata teman kakakku itu kalau kakakku telah menjual saya padanya," ujar anak ke enam dari enam bersaudara ini.

Nita tidak pernah menyangka bahwa kakak kandung yang seharusnya melindunginya malah tega menjualnya. Setelah bertanya ke beberapa orang akhirnya Nita tahu bahwa selama ini kakaknya memang bekerja sebagai sindikat perdagangan manusia. Wanita yang kini bekerja sebagai SPG ini menuturkan kesedihan dan kekecewaannya. "Saya mungkin bisa menerima jika orang lain yang melakukannya, tapi mengetahui kalau yang menjerumuskan saya ke dunia kelam ini adalah kakakku sendiri, itu membuat saya sangat terluka," kata Nita

Butuh waktu lima tahun bagi Nita untuk bisa keluar dari belenggu perdagangan manusia. Nita tidak pernah menyerah, baginya memang tidak mudah menghapus masa lalu kelam yang pernah dilaluinya, tapi dia bertekad untuk menjalani hidupnya lebih baik lagi.

Cerita ini disampaikan oleh Nita melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!