Brilio.net - Membangun usaha agar sukses tentu harus punya trik. Salah satunya adalah memilih usaha yang sesuai dengan hobi agar tidak menjadi beban. Hal itulah yang dibuktikan Mujiati.

Pekerjaannya di bidang marketing sebuah perusahaan ternama Indonesia selama 25 tahun, ia tinggalkan demi mengembangkan usaha sambal botolan. Kini usaha itu sudah berjalan dengan baik, distributor produknya juga sudah ada di seluruh Indonesia.

Rintisan usaha Mujiati bisa dikatakan berawal dari ketidaksengajaan. Empat tahun lalu, saat masih menjadi karyawan, ia terbiasa membawa sambal buatannya ke kantor untuk dimakan sendiri dan dibagikan ke teman-temannya. Teman kantor Mujiati pun menilai sambal buatan Mujiati enak. Hingga ada seorang teman yang menyarankannya untuk mengembangkan kemampuan meracik sambal itu sebagai peluang usaha.

Mujiati pun terpikir untuk membuat bisnis sambal kemasan yang diberi nama 'Sambal Cuk'. Apalagi pekerjaannya sebagai marketing yang sering berkeliling berbagai daerah membuatnya memiliki banyak relasi.

Ia mulai usahanya itu dengan membuat sambal dari 2 kg cabai. Saat itu proses pembuatannya juga masih menggunakan blender. Kemudian ia bawa sambal itu ke kantornya untuk ditawarkan ke teman-temannya. Ternyata sambalnya laris dan permintaan semakin banyak.

"Naluri marketing kalau sudah ada hasil kan semakin terpacu adrenalinnya. Akhirnya saya resign dari kerjaan 3 tahun lalu," terang Mujiati ketika diwawancarai brilio.net, Sabtu (21/3).

Soal nama produk sambalnya yang menggunakan kata 'Cuk', Mujiati mengatakan bahwa itu adalah strategi marketing. kata 'Cuk' sudah familiar bagi warga Jawa Timur, utamanya Surabaya, sebagai kata umpatan. Tapi agar menjadi pantas, Mujiati menjadikan kata 'Cuk' itu sebagai singkatan dari 'Cabe Uleg Kemasan'.

Strategi Mujiati pun berhasil. Di tengah banyaknya kompetitor produk sambal kemasan di Surabaya, kata 'Cuk' yang digunakan Mujiati menjadi mudah diingat bagi warga Surabaya. Permintaan sambalnya pun semakin banyak.

Wanita berjilbab ini mengungkapkan bahwa kendala terbesar usahanya adalah harga cabai di pasaran yang cenderung fluktuatif. Ketahanan sambal juga jadi salah satu kendala bisnis Mujiati. Saat ini sambalnya hanya bisa bertahan 3 bulan. Hal itu yang menjadikannya hanya menjual 'Sambal Cuk' dengan sistem online dan tidak dititipkan di pusat oleh-oleh ataupun supermarket. Mujiati menganggap bahwa terlalu beresiko jika dipasarkan di pusat oleh-oleh karena daya tahannya hanya 3 bulan.

Meski hanya dijual lewat online dan tidak dipasarkan di supermarket, usaha Mujiati tidak bisa dibilang remeh. Buktinya tiap bulan dirinya bisa menjual minimal 10.000 botol sambal. Dari penjualan itu minimal Mujiati bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 100 juta.