Brilio.net - Karena jarak dan keadaan, ayah-ayah ini hanya bisa menyapa anaknya melalui media sosial. Mereka hanya melihat senyum, canda, dan celoteh anaknya dari dunia yang banyak orang menyebutnya: maya.

Tiap Rabu petang, William Church menjalani ritualnya menyapa anak lelakinya, James melalui layar komputer. James berusia empat tahun, memiliki rambut ikal blonde dan mewarisi mata sang ayah.

Suara televisi yang berisik di ruangan James kadang menyulitkan komunikasi yang mereka lakukan. William memaklumi. Seperti biasanya, William memulainya dengan membuka buku cerita favorit anaknya. Dia memulai cerita.

Di kejauhan sang anak menyimak, kadang menimpali. Tapi tak ada sandaran anak ke lengan sang ayah seperti saat seorang ayah mendongengkan anaknya secara nyata, di tempat tidur masing-masing. Dongeng itu berjalan virtual. Dipisahkan jarak.

Acara mendongeng jarak jauh itu biasanya berlangsung sejam. Setelah itu, James yang giliran cerita tentang kesehariannya kepada sang ayah. Dia akan cerita mainan barunya, masakan ibunya untuk makan malam dan sebagainya.

Setelah sejam tepat ayah dan anak itu 'bertemu', perpisahan harus dilakukan. Keduanya sama-sama mematikan laptop dan William tak bisa melihat James lagi untuk beberapa pekan selanjutnya.

Kehidupan seperti itu dijalani William sejak pernikahannya dengan ibu James, Sue, kandas pada 2013. Pernikahan yang gagal membuat William, yang berprofesi sebagai seorang akuntan dan tinggal di Edinburgh, Skotlandia, menjadi 'ayah Skype'. James dan ibunya tinggal di Newquay, Cornwall, Inggris, 800-an kilometer (km) dari rumah William.

Kisah serupa dijalani Adam Gigante. Adam bertemu mantan pasangannya, warga negara Australia pada 2013. Mereka sempat tinggal bersama di London. Pada 2009, mereka memiliki seorang anak, Luca, sekarang lima tahun. Saat berpisah pada 2011, Adam memilih pergi, sedang Luca tinggal dengan ibunya.

Mantan pasangannya kemudian memutuskan kembali ke Sydney, dengan alasan supaya dekat dengan keluarga dengan membawa Luca. Sejak saat itu, Adam pun menjadi 'ayah Skype'. "Putusan pengadilan mengizinkan saya memiliki waktu 20 malam selama setahun bersama anak (10 hari di London, 10 hari di New South Wales) dan sesi Skype setiap sepekan sekali," kata Adam.

Melalui fasilitas Skype, Adam jadi tak terlalu khawatir anak lelakinya, Luca, lupa wajah ayahnya. Adam berterima kasih kepada ibu Luca, mantan pasangannya, yang sangat kooperatif saat dia hendak menjalin komunikasi.

Kisah 'ayah Skype' juga dijalani John McKay (50), sales manajer dari Basingstoke, Inggris. Tapi dia mengaku kesulitan menjalin komunikasi melalui Skype dengan anak perempuannya, Rachel (3). McKay, terpaksa menjalani kehidupan seperti itu setelah pasangan hidupnya pindah ke Portugal pada 2012. "Tiap ayah menginginkan menjadi ayah dalam situasi ini meski biayanya besar," ujarnya seperti dikutip Dailymail.

Meski menjadi 'ayah Skype' membantu komunikasi antara ayah dan anak yang tercerai berai karena bubarnya jalinan rumah tangga, tapi tak selamanya berjalan mulus. Michael Robinson, pengarang The Custody Minefield, panduan untuk orangtua yang bercerai, mengatakan, hubungan 'baik' melalui Skype itu sesuatu yang langka, unik dan riskan.

"Mendudukkan anak kecil saja masih susah. Dan kadang teknologi juga tak bisa diandalkan," ungkapnya. "Untuk orangtua yang tinggal bersama anaknya menimbulkan ketidaknyamanan. Bagi orangtua di tempat lain, menjaga hubungan dengan cara seperti itu agar bisa terus berjalan juga mengerikan."

Pada akhirnya, para 'ayah Skype' ini hanya bisa berpasrah diri. Semoga perpisahan mereka tak membuat anak-anaknya menderita. "Saya berusaha menjalin hubungan sebaik-baiknya dengan anak meskipun hanya ada beberapa waktu saja untuk mengatakan 'I love you' melalui layar," ungkap William Church.