Brilio.net - Seorang tentara muda yang terluka parah akibat ledakan bom di Afghanistan akan menjalani operasi transplantasi penis yang belum pernah dilakukan di Amerika Serikat. Dokter bedah dari Johns Hopkins University School of Medicine di Baltimore mengatakan organ untuk transplantasi yaitu penis berasal dari donor yang sudah meninggal dunia.

Dilansir brilio.net dari Today, Rabu (9/12), operasi yang rencananya akan dijalankan dalam beberapa bulan harus mengembangkan fungsi saluran kencing serta fungsi sensori agar memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan seks. "Saya pikir semua orang setuju bahwa sama parahnya dengan luka apapun yang diderita para tentara, bagi seorang pria muda untuk kembali ke rumah pada usia 20an dengan pelvis rusak sepenuhnya," kata Dr WP Andrew Lee, kepala bedah plastik dan rekonstruktif di Johns Hopkins.

Transplantasi penis masih dianggap eksperimental karena hanya ada satu transplantasi penis yang berhasil, dilaporkan dalam jurnal medis yang berlangsung di Afrika Selatan tahun lalu. Sedangkan satu transplantasi penis gagal di China pada 2006.

Menurut Lee, kasus tahun 2006 dikarenakan tampaknya ada penolakan psikologis karena penerima meminta transplan diambil sepekan setelah operasi. Selain itu oto penis yang dicangkokkan sebagian kulitnya mati dan mengelupas, kemungkinan karena aliran darah kurang.

Risiko transplantasi penis seperti transplantasi besar lainnya termasuk perdarahan, infeksi, dan penolakan implan. Meskipun berisiko, Lee mengatakan, masih mungkin penerima transplantasi bisa memiliki anak biologis karena testis donor tidak akan ditransplantasikan. Sehingga memungkinkan dia untuk memiliki anak sendiri dan bukan anak kandung dari donor.

Lee menambahkan operasi akan berlangsung sekitar 12 jam. Para dokter bedah akan menghubungkan dua sampai enam syaraf, serta enam atau tujuh vena dan arteri, menjahitnya di bawah mikroskop. Pada beberapa pekan pertama setelah operasi, kateter akan digunakan untuk menyalurkan urin. Sementara fungsi seksual kemungkinan akan terbangun dalam beberapa bulan.

Setelah transplantasi, penerima donor akan menjalani prosedur pengobatan antipenolakan dan akan membutuhkannya sepanjang hidup. Obat-obatan semacam itu bekerja menekan sistem kekebalan dan bisa meningkatkan kemungkinan infeksi dan kanker.

Dilansir dari laman Cosmoplitan, dokter di Johns Hopkins menambahkan jika transplantasi gagal, maka cangkokan akan diambil kembali dan tidak akan membuat kondisi penerima lebih buruk dari sebelum operasi, jadi transplantasi penis layak untuk dicoba.